Rabu, 16 September 2009

AL QUR'AN DAN TEKNOLOGI MODERN

AL QUR’AN BERISYARAT TENTANG PESAWAT

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain dari pad Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebenaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS:16; An-Nahl:79)










Imajinasi sayap terbang Icarus dalam mitos Yunani

Menurut sejarah, lahirnya ilmu aerodinamika ( pergerakan udara) dimulai dari hidroninamika ( ilmu pergerakan air). Dengan menyelidiki peergerakan sebuah benda ketika berada di air manusia mampu mengembangkan sebuah alat angkut berupa rakit, perahu dayung sampai kapal selam nuklir. Sedangkan penyelidikan tentang pergerakan udara yang pada mulanya diasumsikan sama dengan air, telah menjadikan manusia mencapai tingkat kreasi penciptaan alat terbang dari pesawat layang sampai jet supersonik.
Hasrat manusia untuk tebang dimulai dari keinginan meniru burung. Ketika keinginan itu belum bisa terealisasi dengan sebuah alat bernama pesawat seperti sekarang ini, yang muncul pertama kalinya tidak lebih adalah angan-angan. Hikayat Yunani kuno bercerita tentang Icarus dan anaknya, Daedalus yang melarikan diri dari penjara dengan terbeng mengepakkan lengan ditempeli bulu burung dengan perekat lilin. Dari cerita Seribu satu malam dikenal Tokoh Sinbad yang terbang dengan mengikatkan dirinya pada kaki seekor burung raksasa bernama rukh sedangkan Dari Negeri Cina terdapat lukisan-lukisan kereta terbang beroda baling-baling.
Pada dasarnya isyarat untuk menuntut ilmu penerbangan dengan meniru burung telah tercantum di dalam Al Qur’an Surah An-Nahl 16 ayat 79:

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain dari pad Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebenaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS:16; An-Nahl:79)

Tentu yang dimaksud dengan “ menahan” di sini bukan tangan Allah yang terulur secara gaib menahan burung yang terbang agar tidak jatuh ke bumi, tetapi melalui system alam yang dapat ditelaah secara logis dengan penciptaan angin (udara yang bergerak). Hal ini dijelaskan dalam surat Azzari’at (angina yang menerbangkan) ayat 1 dan 3 :
“ Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat – kuatnya “ (Azzari’at ayat 1)
“ Dan kapal – kapal yang berlayar dengan mudah “ (Azzari’at ayat 3) “

Jelas bahwa daya angkat yang memungkinkan burung dapat terbang sama halnya dengan yang menggerakkan perahu layar yaitu angin atau udara yang bergerak.
Andalusia-875 M, Percobaan terbang Ibnu Firnas
Langkah – langkah nyata untuk terbang meniru burung pun dimulai setelah manusia jenuh berangan – angan. Pada tahun 800 M, seorang ilmuwan muslim bernama Armen Firman mencoba lompat dari sebuah menara di Cordoba – Spanyol. Uji coba tersebut berjalan mulus. Armen hanya mengalami luka luka ringan setelah terjatuh karena sayap pesawatnya tidak mampu menahan angin musim gugur. Peristiwa ini disaksikan oleh seorang ilmuwan muslim lainnya yang bernama Abul Qasim Abbas Ibnu Firnas dan kemudian merancang pesawat terbangnya sendiri.
Pada tahun 875 M, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk berkumpul di sebuah bukit di Andalusia – Spanyol, guna menyaksikan uji coba terbangnya. Ibnu Firnas memamerkan pesawatnya yang bertenaga dorong baling – baling. Dua bagian sayap pesawatnya berkaitan dengan kaki dan tangannya. Setelah itu, Ibnu Firnas naik ke menara lalu melompat. Ibnu Firnas berhasil melayang di atas ketinggian beberapa ratus kaki, lalu membumbung tinggi. Peristiwa menakjubkan ini dicatat oleh seorang penyair bernama Mu’min Ibnu Said dengan kata – katanya :
“ Ibnu Firnas terbang lebih cepat daripada burung phoenix, ketika dia mengenakan bulu – bulu di badannya ia seperti burung manyar “.
Di daerah lain Ilmuan muslim lain yang melanjutkan percobaan terbang Ibnu Firnas adalah Farabi Ismail Jauhari, seorang guru tata bahasa Arab yang berasal dari Nishabur, Khurasan, Iran. Isamail Jauhari melakukan percobaannya pada tahun 1003. Seperti halnya Ibnu Firnas, Ismail Jauhari merancang sayap terbang yang dapat digerakkan dengan tangan dan kaki selanjutnya meluncur dari tempat-tempat tinggi. Salah satu tempat percobaan Ismail Jauhari adalah menara mesjid ulu Nishabur.
Pada abad XVII , periode dimana ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Islam mengalami kemunduran pun masih tercatat seorang ilmuan muslim yang serius melakukan percobaan terbang. Ia adalah Hazarfen Ahmad Calebi, Ilmuan Turki yang hidup pada masa Khalifah Usmani di bawah pemerintahan Sultan Murad IV.
Hazarfen terilhami dari mesin terbang rancangan ilmuan Italia abad XVI, Leonardo Da Vinci. Dengan melakukan studi pada burung rajawali, Hazarfen menemukan teori perhitungan keseimbangan sayap. Setelah melakukan sembilan kali percobaan, Hazarfen berhasil menemukan formula yang pas untuk sayap terbangnya.
Pada Sayap terbang rancangan Hazarfen Ahmad Calebi, 1693 M

Pada tahun 1638 Hazarfen Ahmad Calebi melakukan percobaan dari Galata Tower di dekat Bosporus Istanbul yakni sebuah menara dengan ketinggian 183 kaki. Hazarfen terbang menuju Oskudar lalu berbelok ke Bosporus Istanbul. Hazarfen berhasil mendarat dengan mulus di sebuah tempat di Bosporus.
Pada saat meletus perang Salib antara Islam dan Kristen Eropa pada tahun 1162, para panglima Saracen telah membentuk sebuah pasukan penyerang yang meluncur dari atas benteng-benteng pertahanan dengan mengenakan semacam jubah terbang. Ini membuat para panglima salib tertarik dan berusaha meniru alat rancangan ilmuan-ilmuan muslim tersebut. Seorang ilmuan gereja bernama pendeta Eilmer pada tahun 1020 M kemudian berinisiatif merancang sayap buatan yang diikatkan pada kedua tangan dan kakinya selanjutnya ia menguji alat tersebut dengan melompat dari menara Gereja Malmesbury, inggris.
Sayangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia islam mengalami penurunan setelah abad XII akibat money politic yang mengisolasi ilmu pengetahuan dan munculnya paham-paham dengan penekanan pada aspek spiritual yang kaku sementara di dunia barat ilmu pengetahuan sdan teknologi melaju dengan pesat, termasuk di bidang teknologi penerbangan.
Percobaan melompat dari tempat tinggi mengepakkan sayap buatan denagn berbagai model dan ukuran dilanjutkan oleh ilmuan-ilmuan Eropa Kristen dan ditemukan suatu kesimpulan bahwa, manusia tidak mungkin terbang persis sama dengan burung karena disamping tubuh manusia terlalu berat, kekuatan tulang dan otot manusia tidak akan cukup untuk menggerakkan sayap buatan.
Perahu Terbang Roger Bacon .
Pada abad XIII, Roger Bacon dari Inggris menemukakan gaghasannya bahwa, manusia dimungkinkan untuk terbang jika mengguinakan alat terbang yang lebih ringan dari udara. Bacon kemudian melukis sebuah perahu layar yang dilengkapi balon-balon tembaga berisi gas. Menurut Bacon, balon-balon gas ini bisa menerbangkan perahu layar.
Ide untuk terbang menggunakan alat yang lebih ringan dari udara ini baru terealisasi pada abad XVIII, ketika Montgolfier berhasil menerbangkan balon gas di Paris pada tahun 1783. Selanjutnya para ahli balon menciptakan balon udara bermesin. Salah satu yang paling terkenal adalah balon berisi gas hidrogen rancangan Ferdinand Von Zeppelin dari Jerman pada tahun 1910.






Sementara uji coba penerbangan dengan sayap tetap berlanjut pada tahun 1809. Sir george Cayley berhasil menerbangkan sebuah pesawat layang. Dalam percobaannya ia menemukan sebhah teori bahwa untuk bisa terbang, sayap harus diposisikan menantang angin pada sudut tertentu yang ia istilahkan dengan AoA ( Angle Of Attact). Cayley kemudian meminta para ahli mesin untuk memasang berpendorong baling-baling pada pesawatnya tetapi sayang, para ahli mesin belum mampu merancang mesin sekuat dan seringan permintaan Cayley sebab pengetahuan permesinan manusia saat itu baru bisa menciptakan mesin penggiling gandum yang beratnya berton-ton.
Pada tahun 1877 Otto Lilienthal dari Jerman berhasil merancang bentuk sayap efektif melalui ribuan uji coba menerbangkan pesawat layangnya. Penerbangan dengan sayap tetap bermesin baru berhasil pada tahun 1903 oleh Orville dan Wright Brothers dari Amerika. Sedangkan penerbangan dengan menggunakan sayap putar atau helicopter dilakukan oleh senor Don Juan De La Cierva dari Spanyol pada tahun 1923 selanjtnya dikembangkan oleh Igor ivanovich Sikorsky dari Rusia.
Keberhasilan penerbangan bermesin memungkinkan pengembangan pesaqat lebih lanjut untuk berbagai keperluan antara lain sebagai pengangkut manusia dan barang, sarana olah raga, penyemprot hama, hujan buatan, pemedam kebakaran, misi penyelamatan (SAR) sampai pemakaian untuk kepentingan militer, sebagai alat tempur udara.

Padang Kitty Hawk - 17 desember 1903, penerbangan bermesin
pertama oleh Wright Bersaudara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar