Rabu, 16 September 2009

AL QUR’AN DAN PELAYARAN

Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami..
(QS :11: Hud : 37)



Inspirasi manusia menciptakan kendaraan yang dapat mengapung dan bertgerak di permukaan air diperkirakan muncul ketika melihat benda-benda yang hanyut terbawa arus sungai. Saat mencoba melekat di benda-benda tersebut, mereka berpikir bahwa jika seandainya bisa mambuat sebuah benda yan mampu menopang tubuh mereka di air, tentunya akan lebih memudahkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Mulai saat itu mereka mulai menciptakan perahu berupa sebatang kayu yang dilobangi. Di daerah lain seperti di mesir, perahu dibuat dari daun papyrus yang dianyam1)
Agar dapat bepwergian ke mana saja tanpa harus mengikuti arus air mereka duduk di atas perahu mereka dengan posisi seperti menunggang kuda dan menggunakan kaki sebagai pengayuh sebelum dayung atau galah ditemukan. Namun di pedalaman Papua, teknik mengayuh dengan kaki ini masih dipakai sampai abad XX.
Di dalam Al Qur’an, kemampuan manusia menjelajahi darat dan mengarungi lautan adalah salah satu bentuk kemuliaan yang diberikan kepada Bani Adam.

1) Sejarahwan memperkirakan perahu ditemukan manusia pada tahun 6300 SM

Dan sesungguhnya telah kami mulaiakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami berikan mereka rezeki yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang kami ciptakan.









Konon, suatu ketika di zaman perahu dayung, ada seseorang yang berdiri di atas perahunya. Tubuhnya yang tambun terdorong angin membuat perahunya bertambah cepat. Kejadioan ini memunculkan ide pembuatan alat penghalang angin untuk memajukan gerak perahu. Alat yang kemudian diberi nama layar inipada mulanya dibuat dari kulit binatang, selanjutnya berkembang menjadi layar kain dan bahan-bahan lain yang lebih baik.












Al Qur’an menukil manfaat angin untuk pelayaran dalam QS Az-Zariyat 51:1 dan 3

Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya
(Az-zariyat 51: 1)

Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah
(Az-zariyat 51:3)

Dengan ditemukannya perahu layar yang memanfaatkan angin untuk menggerakkan perahu, maka manusia menjadi lebuih mudah menempuh perjalanan di air. Muncul pula hasrat untuk bertualang ke tempat-tempat jauh, tidak sebatas meyeberangi sungai atau danau tetapi manusia ingin berkelana ke tempat yang lebih jauh, ke pulau lain, ke benua lain bahkan dengan perahu layar, manusia ingin berkeliling dunia.
Di era pelayaran dunia, para pelaut muslim turut menjadi pionir ekspedisi laut menaklukkan bahari. Mereka itu antara lain, Khashkhash Ibn saeed Ibn Aswad, pelaut muslim Spanyol yang menemukan Benua Amerika pada tahun 889 M, lima abad sebelum Christoper Colombus (1451-1506 M), dan Ibnu Batutah (1303-1377 M), pelaut muslim asal Maroko yang telah merambah sebagian daratan Eropa, Asia, termasuk Indonesia dan tak lupa menaklukkan keganasan gurun sahara di Libya, Afrika. Oleh para sejarahwan, Ibnu Batutah disejajarkan dengan Marcopolo dan Ferdinand Magelland.









Menurunnya ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia islam berbanding terbalik dengan yang terjadi di dunai barat, termasuk dalam bidang teknologi pelayaran. Di eropa, teknologi pelayaran berkembang pesat. Penemuan mesi uap oleh James Watt ( 1738-1819) dari Inggris akhirnya mengilhami pembuatan kapal bermesin uap dengan roda pendayung oleh Marquis Claude de Jouffrey d’Abbans pada tahun 1773, dimulailah era kapal bermesin uap, hingga pada tahun 1818 sebuah kapal uap buatan Kapten Roger Moses dari Amerika berhasil melayari Amerika-Liverpool melintasi Samudera Atlantik dalam waktu 25 hari.











Kapal induk CVF buatan Inggris, panjang 265 m; bobot 55/65.000 ton; kru 1.200 orang; kec. Maksimal 25 knot







DD(X), Desain kapal tempur masa depan rancangan Northrop Grumman Amerika Serikat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar