Rabu, 22 April 2009

PALESTINA, TANAH KAUM MUSLIMIN-3/3-


Pengakuan mereka sebagai keturunan Ibrahim Alaihissalam, merupakan klaim yang batil, ditinjau dari beberapa aspek berikut.

[1]. Batilnya klaim mereka sebagai keturunan Bani Israil, secara jelas Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nashrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nashrani. Katakanlah : “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya”, Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan” [Al-Baqarah : 140]

[2]. Kitab suci mereka tidak lagi orsinil dan sudah terjadi perubahan. Mereka telah melakukan perbuatan tercela terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi Bani Israil, dengan melakukan tahrif (mengubah), memalsukan dan memanipulasi. Al-Qur’an telah mengabadikan perbuatan mereka tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya. Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membantu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya …..”[Al-Maidah : 13]

[3]. Klaim kepemilikan tanah yang penuh berkah ini oleh Yahudi, berkaitan dengan janji Allah kepada Ibrahim, hakikatnya janji tersebut telah diwujudkan yaitu saat pertama kali Ibrahim Alaihissalam menginjakkan kaki di wilayah suku Kan’an.

Sekilas, mengacu kepada kitab mereka yang kini disebut Kitab Perjanjian Lama, kita akan mengetahui, jika janji Allah tersebut menjadi hak Isma’il, nenek moyang bangsa Arab dan kaum Muslimin. Pada waktu itu Nabi Ibrahim Alaihissalam belum dikaruniai anak (Kejadian : 12/7). Kemudian janji ini terulang kembali saat beliau kembali ke Mesir (Kejadian : 13/15). Janji ini pun terulang kembali bagi Ibrahim, tetapi beliau belum dikaruniai anak (15/18). Berikutnya, janji itu pun terulang lagi, saat Ibrahim dikaruniai anaknya, yaitu Ismail (Kejadian : 17/8). Sedangkan putra kedua Ibrahim Alaihissalam, yaitu Ishaq, pada saat janji itu ditetapkan ia belum dilahirkan.

[4]. Kalaupun mereka menyanggah, bahwa janji Allah tentang kepemilikan tanah Palestina merupakan warisan dan hunian abadi bagi mereka, yang menurut mereka didukung oleh Al-Qur’an –surat Al-Maidah : 21 : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”. Maka jawabnya adalah.

Ungkapan janji yang ada dalam ayat tersebut tidak berbentuk abadi, tetapi khusus bagi zaman yang mereka dijanjikan mendapatkannya, sebagai balasan atas sambutan mereka kepada perintah-perintah Allah dan kesabaran mereka. Sedangkan orang-orang Yahudi pada masa ini, mereka bukan Bani Israil –sebagaimana sudah dipaparkan-. Dan ayat ini tidak menyangkut yang bukan Bani Israil, meski kaum Yahudi pada saat ini mayoritas. Sungguh, kebenaran dalam masalah ini yang menjadi pegangan jumhur ulama tafsir

Balasan keimanan dan keistimewaan yang mereka raih atas umat zaman mereka ini merupakan ketetapan Allah bagi hamba-hambaNya. Allah berfirman.

“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hambaKu yang shalih”. [Al-Anbiya : 105]

Begitu juga setelah mereka menyimpang dari agama Allah dan melakukan kerusakan di bumi, maka Bani Israil tidak lagi memiliki hak dengan janji tersebut. Justru balasan bagi mereka, sebagaimana terkandung dalam ayat, yaitu mereka mendapat laknat, kemurkaan dan hukuman dari Allah. Mereka tercerai berai di bumi, dikuasai oleh orang-orang yang menimpakan siksaan kepada mereka sampai hari Kiamat, dirundung kehinaan dimanapun mereka berada. Ini semua sebagai hukuman atas kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah.

Sebuah fakta yang ironis. Ketika Allah memerintahkan Bani Israil untuk memasuki tanah yang dijanjikan, ternyata mereka enggan dan membangkang. Maka Allah menghalangi mereka darinya. Tatkala mereka menyambut perintah, maka Allah memberikannya kepada mereka.

Oleh karena itu, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Yang Allah janjikan kepada kalian melalui lisan ayah kalian, Israil ia mewariskannya kepada orang yang beriman dari kalian” [13]

Berdasarkan ini, tanah tersebut milik mereka ketika mereka beriman. Tetapi, karena mereka kufur kepada Allah dan para Nabi-Nya, dan Allah telah menetapkan murka dan laknatNya kepada mereka, maka mereka sama sekali tidak mempunyai hak atas tanah suci itu.

[5]. Bisa juga bisa dikatakan, janji itu sudah terwujud pada masa Nabi Musa, yaitu tatkala Bani Israil memasuki tanah suci dengan dipimpin oleh Nabi Yusya bin Nun, kemudian menempatinya pada masa Nabi Dawud dan Sulaiman. Sebuah masa ketika Allah menganugerahkan kepada mereka keutamaan atas manusia seluruhnya. Namun, ketika mereka kufur kepada Allah dan melakukan kerusakan di bumi, maka kemurkaan Allah pun berlaku pada mereka, dan terjadilah bencana menimpa mereka.

[6]. Janji Allah memiliki syarat, yaitu iman dan amalan shalih, sebagaimana juga termuat dalam Taurat. Sedangkan mereka telah berbuat kufur dan murtad, beribadah kepada selain Allah. Oleh karena itu, musibah, bencana dan kemurkaan dari Allah ditimpakan kepada mereka. Dan semua ini termuat dalam kitab-kitab suci mereka. Bahkan dalam kitab mereka, terdapat keterangan yang melarang memasuki Baitul Maqdis, lantaran kekufuran, kesesatan dan kemaksiatan mereka.

Dengan pengingkaran ini, maka janji tersebut tidak terwujudkan. Sebaiknya, siksa dan bencanalah yang mereka dapatkan. Bumi ini milik Allah, diwariskan kepada hamba-hambaNya yang menegakkan agama dan mengikuti ajaran-ajaranNya, bukan diwariskan kepada orang-orang yang melakukan kerusakan di bumi. Allah berfirman.

“Musa berkata kepada kaumnya : “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah ; dipusakakanNya kepada siapa saja yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa” [Al-A’raf : 128]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” [An-Nur : 55]

Menjelaskan ayat ini Ibnu Katsir berkata.

Ini janji dari Allah bagi RasulNya, akan menjadikan umatnya sebagai pewaris bumi. Maksudnya, tokoh-tokoh panutan dan penguasa mereka. Negeri-negeri menjadi baik dengan mereka, dan orang-orang tunduk kepada mereka… Allah Subhanahu wa Ta’la telah mewujudkannya walillahilhamdu walminnah. Nabi tidaklah wafat, melainkan Allah telah membuka penaklukkan Mekah, Khaibar, seluruh Jazirah Arab, wilayah Yaman seluruhnya. Memberlakukan jizyah kepada Majusi dari daerah Hajr, dan sebagian wilayah Syam

Kemudian, ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Abu Bakar mengirimkan pasukan Islam ke Persia di bawah komando Khalid bin Al-Walid dan berhasil menaklukkan sebagian wilayahnya. Juga mengirim pasukan lain pimpinan Abu Ubaidah menuju Syam.

Allah juga memberikan karunia kepada kaum Muslimin. Yaitu mengilhamkan kepada Abu Bakar untuk memilih Umar Al-Faruq untuk menggantikan kedudukannya. Dan Umar pun melaksanakan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Pada masa kekuasannya, seluruh wilayah Syam berhasil dikuasai. [14]

Kaum Muslimin, mereka itulah yang dimaksud dengan ayat-ayat tersebut. Bila membenarkan janji yang mereka ikat dengan Allah, kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, berpegang teguh dengan Islam secara sempurna, baik individu, keluarga, masyarakat atau negara, maka sungguh janji Allah benar adanya. Dan siapakah yang berhak atas tanah yang penuh berkah itu? Tidak lain adaka kaum Muslimin.

Maraji.
- Dirasatun Fil Ad-yan Al-Yahudiyah wan Nashraniyah, Dr Su’ud bin Abdil Aziz Al-Khalaf, Penerbit Adhwa-us Salaf, Cetakan I, Th 1422H/2003M
- Mujaz Tarikhil Yahudi war-Raddi Ala Ba’dhi Maza’imil Bathilah, Dr Mahmud bin Abdir Rahman Qadah, Majalah Jami’ah Islamiyah, Edisi 107, Th 29, 1418-1419H
- Shahih Qashashil Anbiya, karya Ibnu Katsir, Abu Usamah Salim bin Id Al-Hilali, Maktabah Al-Furqan, Cetakan I Th, 1422H
- Tafsir Al-Qur’anil Azhim, Abu Fida Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Cetakan II, Th.1422H


[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
[13]. Tafsir Al-Qur’anil Azhim, 3/75
[14]. Tafsir Al-Qur’anil Azhim, 3/304 secara ringkas

Dikutip Dari: http://www.almanhaj.or.id/content/2433/slash/0

Malai- Karen

Thursday, February 12, 2009 at 5:21 PM | 0 comments



Nabi Ibrahim a.s. telah ditugaskan oleh Allah untuk membina semula Kaabah yang rosak selepas taufan Nuh a.s. Saya berpendapat bahawa Melayu di Nusantara ini berpindah dengan membawa bersama teknologi tempat asal mereka (di Ur, Babylon) terutama teknologi binaan.

Saya ada alasan untuk menyatakan sedemikian. Jika anda rujuk dalam Sulalatus Salatin ada catatan bahawa Melayu berasal dari keturunan Raja Sulan dan mengetahui teknik membuat peti kaca (kenderaan yang boleh terbang) untuk ke laut (istilah kuno bagi utara) dan teknologi ini dipelajari dari Raja Sulaiman (Nabi Sulaiman a.s.).

Malah 3 anak Raja Sulan ini diberitakan membawa senjata canggih ketika mendarat di Bukit Siguntang Mahameru. Tidaklah menghairankan jika sebahagian teknologi ini tidak diwarisi lagi oleh keturunan Melayu kerana ilmu boleh lahir dan pupus dengan matinya orang-orang berilmu.

Dan demi sesungguhnya! Kami telah mengutus Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim dan Kami jadikan pada keturunan keduanya orang-orang yang berpangkat Nabi dan menerima Kitab-kitab agama maka sebahagian di antara mereka: Orang yang beroleh hidayat petunjuk dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik (derhaka).

Surah Al-Hadid 57:26

Orang China zaman silam memanggil Tanah Melayu sebagai Kun Lun. Menurut De Silva (1981) seorang ahli sejarah Sri Lanka mengakui bahawa penemuan arkeologi menunjukkan kebudayaan dan tamaddun yang dicapai oleh penduduk Asia Tenggara di zaman Hoabinhian (menurutnya seawal 15,000 tahun lalu) adalah lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh penduduk Asia Barat, India dan China pada ketika itu.

Beliau juga telah membuat kesimpulan bahawa kemungkinan Asia Tenggara (dunia Melayu) adalah pengasas tamaddun manusia (The Cradle of Civilisation), bukan Asia Barat. Jika anda lihat adab orang Melayu, anda akan dapati bahawa Melayu cuba mengekalkan jatidiri mereka sebagai bangsa paling beradab.

Rumpun Melayu atau Melayu Polinesia atau Orang Nusantara adalah kelompok yang sangat besar, bukan saja di Nusantara tapi di kepulauan Pasifik (termasuk Hawaii), Oceania (Australia dan New Zealand), Taiwan dan Madagascar. Beribu-ribu tahun dulu, rumpun ni telah bertebaran sekitar kawasan yang disebut di atas melalui pelayaran dan bangsa Nusantara ni sangat terkenal sebagai pelaut yang handal hingga mampu sampai dan membuat penempatan di pulau- pulau yang jauh di tengah lautan.

Di Madagascar, mereka ni dikenali sebagai orang Merina dan di New Zealand sebagai orang Maori. Orang Maori di New Zealand sendiri mengakui bahawa nenek moyang mereka adalah pelaut dari kepulauan Melayu, begitu juga dengan bangsa Merina. Teori tentang pelayaran orang Nusantara ini didapati melalui kajian tentang bahasa yang di gunakan di tempat-tempat yang berkaitan. Bahasa-bahasa yang digunakan digunakan di kawasan ini tergolong dalam keluarga besar Bahasa Melayu Polinesia.

Diantara kumpulan ethnoliguistik utama di dunia, keluarga Nusantara yang dipanggil Malayo-Polynesia atau Austronesia oleh sarjana Barat telah mendominasi kawasan geografikal terbesar sebelum era moden. Dari Timur ke Barat kawasan besar ini meliputi dari Rapa-nui (Easter Island) ke Madagaskar (lebihkurang 60% lilitan bumi). Dari Utara ke Selatan ia termasuk kepulauan Taiwan (dipanggil Pekan oleh orang asal Nusantara), semenanjung Hawaii (dari perkataan Hava-iki atau Jawa Kecil sebagai sempena tanah asal bangsa Polynesia ini) dan New Zealand (Aotearoa dalam bahasa Maori).

Di luar Nusantara ini, kawasan lain yang dikunjungi oleh para pelayar Nusantara termasuklah bahagian utama Lautan Pasifik (ke Amerika Selatan) dan Lautan Indonesia, sejauh Afrika Timur. Melayu Indonesia merentasi Pasifik dari Afrika ke Easter Island, dari China ke laut karang di selatan. Penjelajahan Melayu silam ini adalah pencapaian pelayaran yang menakjubkan mana-mana pun bangsa lain. Merekalah yang memperkenalkan bahtera layar ke Pasifik 19 kurun yang lampau. Mereka mahir membaca pedoman bintang dan membuat carta-carta berkaitannya. Dalam sebuah kitab Arab bertajuk ‘Book of Miracles’ dicatat satu angkatan penjelajahan 300 bahtera Melayu ke Madagaskar pada tahun 945. Ada kemungkinan Melayu telah sampai ke pantai Afrika seawal zaman tersebut.



Hampir pasti pulau itu ditemui pada kurun pertama oleh penjelajah Melayu dari Indonesia tengah, yang punya hubungkait dengan datuk nenek orang-orang Kalimantan Tenggara. Tidak diketahui apakah yang menarik minat mereka untuk belayar begitu jauh ke Barat. Hingga kini tidak ada jawapan terhadap persoalan tersebut. Walau bagaimanapun, besar kemungkinannya bukan mereka saja orang Nusantara yang kerap menjelajah Lautan Indonesia di zaman itu.

Dan hakikatnya, para pedagang Melayu (iaitu dari kerajaan Nusantara yang berbahasa Melayu, dimana yang paling ketara ramai sebagaimana pernah ditulis oleh sarjana silam China adalah Melayu yang digelar orang Funan) yang telah berdagang antara Laut China dan negeri-negeri pantai Laut Indonesia, sejauh empayar Rom di barat daya.

Kemungkinan hadirnya Melayu di kawasan itu telah menyumbang kepada berkembangnya agama Hindu-Buddha di Asia Tenggara. Pada masa datuk nenek orang Merina secara perlahan-lahan menjelajah dan menakluki Madagaskar, orang Nusantara yang lain berdagang secara aktif dengan pantai Afrika dan Timur Tengah. Barang dagangan utama ialah rempah, berbagai jenis batu permata, kulit, hamba sahaya dan sutera. Besar kemungkinan (dari rujukan-rujukan teks Arab) bahawa pangkalan perdagangan Melayu telahpun ditubuhkan di pantai-pantai Afrika ketika itu.

Saya catatkan semula. Nabi Ibrahim a.s. pada mulanya tinggal di Ur, Mesopotamia atau Babylon. Kemudian berpindah ke Haran dan kemudian barulah ke Kanaan (Palestin). Ini adalah sekitar 2166 SM hingga 1991 SM (4,000 tahun lampau). Baginda dikatakan berumur 175 tahun dan wafat tahun 2123 (1638 BCE). Ada pendapat menyatakan bahawa Ibrahim a.s. pernah berdakwah hingga ke Kemboja dan berkahwin dengan orang Kemboja dan inilah yang dikatakan asal usul Bani Jawi. Ibnu Athir berpendapat bahawa Bani Jawi itu berasal dari anak cucu Ibrahim dengan isterinya yang bernama Qatura atau Keturah. Adakah yang dikahwini oleh Ibrahim a.s. di Kemboja itu adalah Keturah tidaklah diketahui tetapi kisah Ibrahim a.s. menyuruh anak-anaknya dari Keturah agar berpindah ke Timur memang ada disebut dalam Taurat (Genesis 25:6).

Nabi Ibrahim mengahwini Keturah selepas kematian Siti Sarah. Ketika itu baginda berusia 137 tahun. Baginda dapat 6 anak hasil perkahwinan ini. Anak-anak dari Keturah ialah Zimran, Yakshan, Medan, Midian, Yishbak dan Shuach. Semua ini dicatat dalam Taurat iaitu Genesis 25:2-4. Memang ada kemungkinan juga bahawa nama Melayu itu berasal dari perkataan Malai-Ur sempena nama kerajaan Chaldea tempat asal Ibrahim a.s. Ada juga pendapat menyatakan bahawa Melayu berasal dari perkataan Malai dan Yunan.

Orang Melayu dikenali sebagai Orang Malai oleh beberapa bangsa lain (Inggeris memanggil Malay, India memanggil Malai Karen, China memanggil Malai Ren). Tapi orang Arab cenderung memanggil orang Melayu sebagai Bani Jawi. Orang Malai (orang bukit atau gunung) ini mungkin telah mendiami Kemboja sebelum kedatangan Ibrahim a.s. ke situ, dan hampir pasti Keturah adalah orang Malai. Anak-anak Keturah adalah dari darah Ibrahim a.s., berjumlah 6 orang dan salah satu dari 6 anak inilah bapa kepada Bani Jawi (ini menurut Ibnu Athir). Saya berpendapat bahawa Melayu dan Bani Jawi sebenarnya adalah bangsa yang satu.

Bani Jawi adalah nama yang digelarkan oleh orang Arab silam terhadap orang Melayu. Cuma Melayu itu dapat dibahagikan kepada dua kelompok, iaitu Melayu-Proto (keturunan Heth bin Kanaan bin Ham bin Nuh a.s.) dan Melayu-Deutro (keturunan Ibrahim a.s. dari isterinya Keturah).

Orang Melayu Muslim lebih gemar dipanggil Melayu Jawi, Orang Jawi atau Bani Jawi. Suku etnik Melayu termasuklah Acheh, Mendailing, Melayu Deli, Minangkabau, Kerinchi, Riau, Palembang, Sunda, Melayu Bugis (Makasar), Jawa, Melayu Sulu, Melayu Maluku, Banjar, Melayu Campa (Kemboja) dan lain-lain. Melayu kini seolah-olah sinonim dengan Islam, ini mungkin kerana sejak zaman berzaman bangsa Melayu terkenal sebagai bangsa monotheist (percaya pada keesaan Allah – Sang Hyang Tunggal atau Dewata Mulia Raya).

Bangsa Melayu di Nusantara dapat dilihat sebagai bangsa hebat yang menerima Islam secara hampir menyeluruh. Tidak ada bangsa yang menerima Islam seramai Bangsa Melayu, hinggakan bila seseorang itu memeluk Islam, ia dianggap masuk Melayu atau masuk Jawi. Paling jelas ialah Melayu di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Kemboja, Pattani dan Mindanao. Sejarah membuktikan bahawa orang Melayu Nusantara memeluk Islam beramai-ramai dalam tempoh 60 tahun saja hasil peranan pendakwah yang juga berdagang di mana mereka ini (termasuk Wali Sembilan) berasal dari pedagang Tanah Arab.


Ini adalah catatan original dan tidak dibenarkan anda menyalinnya dalam apa bentuk pun melainkan mendapat izin bertulis dari saya - Hakcipta © 2006 oleh Ibnu Yusof.

Posted by fedora core Labels: hal ehwal dunia

Bangsa Melayu keturunan Nabi Ibrahim ???

at 4:52 PM | 0 comments


Bangsa Melayu keturunan Nabi Ibrahim


Bangsa Melayu dikatakan berasal dari keturunan Nabi lbrahim a.s., begitu menurut Ibnu Athir, seorang ahli sejarah Islam terkenal di zaman lampau. Bangsa Melayu, menurut beliau, ialah Bani Jawi, iaitu keturunan lbrahim a.s., dari isterinya yang ketiga bernama Qatura. Bagi anak-anak dari keturunan Qatura ini, baginda telah memerintahkan agar berpindah ke timur dengan memberikan bekalan-bekalan yang perlu bagi memulakan hidup baru, maka mereka pun meninggalkan tanah Kanaan untuk berpindah ke timur.


Kemungkinan besar perpindahan demi perpindahan telah berlaku akibat berbagai sebab. Dikatakan juga bahawa bangsa Melayu pernah menduduki Tibet dan telah menamakan gunung Himalaya, yang mana di dalam bahasa Sanskrit adalah bermakna Gunung Melayu. Perkara ini berlaku lebih dari 2000 tahun yang lampau. Dikatakan juga bahawa bangsa Melayu yang tinggal di banjaran gunung itu telah berpindah pula ke selatan akibat dari peperangan demi peperangan yang berlaku di tanah besar Cina serta India dan akhirnya mereka menempatkan diri di selatan Thai serta Semenanjung Tanah Melayu. Ini adalah kisah perpindahan mengikut jalan darat.


Terdapat juga keturunan dari Kanaan ini yang datang mengikut jalan laut, iaitu mengikuti seorang raja yang bernama Mus, belayar ke timur dan mendarat di Palembang, Sumatera. Di sana terdapat bukti kedatangan beliau bersama rombongannya di mana sebuah sungai telah dinamakan sebagai Sungai Musi yang bererti Sugai Mus Punya.


Dikatakan bahawa Nabi Ibrahim a.s., itu melahirkan tiga keturunan yang besar, pertama ialah bangsa Arab, dari keturunan anaknya Ismail a.s., kedua ialah bangsa Israel dari keturunan Ishak a.s., dan ketiga ialah bangsa Melayu (Bani Jawi) dari keturunan anaknya menerusi perkahwinan dengan Qatura. Sejak dari zaman dahulu lagi orang-orang Arab memanggil kepulauan Tanah Melayu ini sebagai Tanah Jawi. Bani itu bererti anak- anak atau keturunan, sebagaimana juga nama Bani Lavi (Levi) dari puak Israel.


Bangsa Melayu telah melalui berbagai pengalaman semasa perpindahan dari satu tempat ke satu tempat. Kaumnya pun telah menganut berbagai-bagai agama bermula dari syari'at Ibrahim a.s., Hindu, Buddha, Kristen dan Islam. Kebanyakan dari ilmu pengetahuan bangsa Melayu mempunyai perkaitan yang rapat dengan pengetahuan bangsa India, Cina dan Jepun. Contohnya, dari segi ilmu senggama, praktik meletakkan kain putih di bawah pengantin perempuan pada malam pertama perkahwinan telah dipraktikkan oleh bangsa Cina dahulukala. Banyak pantang larang yang berkisar disekitar ilmu senggama Melayu juga mempunyai persamaan dengan apa yang diajar oleh bangsa India dan Cina. Asal usul seetengah-setengah dari praktik ini dipercayai berasal dari India, menerusi ajaran Hindu dan Buddha. Kemudian dari Sri Vijaya, Budi Dharma (seorang Melayu) telah pergi pula ke Cina dan Jepun bagi mengembangkan ajarannya, termasuklah bidang persilatan.


Kedatangan Islam menerusi saudagar-saudagar dari Hadratulmaut dan juga pengajaran dari Wali-wali Sembilan membawa fokus dakwah dari segi ilmu-ilmu mistik bagi menarik penganut-penganut Hindu pada masa itu yang tebal dengan ilmu mistik bagi memeluk Islam. Pemah dikatakan terjadi pertentangan ilmu antara Wali Sembilan dengan Ketua Sami yang bertapa yang berakhir dengan kematian Sami tersebut. Wali Sembilan juga dikatakan telah membina sebuah masjid dengan bertiangkan habuk- habuk kayu yang dijadikan tiang menerusi pengetahuan mistik. Dari cerita-cerita inilah kemungkinannya maka banyak ilmu yang berkaitan dengan perkara ghaib dikaitkan dengan Wali Sembilan walaupun sebenamya mungkin ilmu tersebut berasal dari ajaran Hindu atau Buddha. Saudagar-saudagar yang datang dari Hadramaut telah membawa ilmu-ilmu yang berasal dari jalinan budaya Hindu, Buddha, Islam dan budaya Arab, Israel, Rom dan Khurasan. Jalinan ini kelihatannya lebih menekankan cara jima' Islam, sedangkan praktik lain seperti ubat-ubatan dan sebagainya mempunyai pengaruh dari agama Hindu serta Buddha

Asal Usul Melayu - Bhg 9
Date: Saturday, August 05 @ 00:00:00 MYT
Topic: Alam Melayu


Nabi Ibrahim a.s. telah ditugaskan oleh Allah untuk membina semula Kaabah yang rosak selepas taufan Nuh a.s. Saya berpendapat bahawa Melayu di Nusantara ini berpindah dengan membawa bersama teknologi tempat asal mereka (di Ur, Babylon) terutama teknologi binaan.

Saya ada alasan untuk menyatakan sedemikian. Jika anda rujuk dalam Sulalatus Salatin ada catatan bahawa Melayu berasal dari keturunan Raja Sulan dan mengetahui teknik membuat peti kaca (kenderaan yang boleh terbang) untuk ke laut (istilah kuno bagi utara) dan teknologi ini dipelajari dari Raja Sulaiman (Nabi Sulaiman a.s.).

Malah 3 anak Raja Sulan ini diberitakan membawa senjata canggih ketika mendarat di Bukit Siguntang Mahameru. Tidaklah menghairankan jika sebahagian teknologi ini tidak diwarisi lagi oleh keturunan Melayu kerana ilmu boleh lahir dan pupus dengan matinya orang-orang berilmu.

Dan demi sesungguhnya! Kami telah mengutus Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim dan Kami jadikan pada keturunan keduanya orang-orang yang berpangkat Nabi dan menerima Kitab-kitab agama maka sebahagian di antara mereka: Orang yang beroleh hidayat petunjuk dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik (derhaka).

Surah Al-Hadid 57:26

Orang China zaman silam memanggil Tanah Melayu sebagai Kun Lun. Menurut De Silva (1981) seorang ahli sejarah Sri Lanka mengakui bahawa penemuan arkeologi menunjukkan kebudayaan dan tamaddun yang dicapai oleh penduduk Asia Tenggara di zaman Hoabinhian (menurutnya seawal 15,000 tahun lalu) adalah lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh penduduk Asia Barat, India dan China pada ketika itu.

Beliau juga telah membuat kesimpulan bahawa kemungkinan Asia Tenggara (dunia Melayu) adalah pengasas tamaddun manusia (The Cradle of Civilisation), bukan Asia Barat. Jika anda lihat adab orang Melayu, anda akan dapati bahawa Melayu cuba mengekalkan jatidiri mereka sebagai bangsa paling beradab.

Rumpun Melayu atau Melayu Polinesia atau Orang Nusantara adalah kelompok yang sangat besar, bukan saja di Nusantara tapi di kepulauan Pasifik (termasuk Hawaii), Oceania (Australia dan New Zealand), Taiwan dan Madagascar. Beribu-ribu tahun dulu, rumpun ni telah bertebaran sekitar kawasan yang disebut di atas melalui pelayaran dan bangsa Nusantara ni sangat terkenal sebagai pelaut yang handal hingga mampu sampai dan membuat penempatan di pulau- pulau yang jauh di tengah lautan.

Di Madagascar, mereka ni dikenali sebagai orang Merina dan di New Zealand sebagai orang Maori. Orang Maori di New Zealand sendiri mengakui bahawa nenek moyang mereka adalah pelaut dari kepulauan Melayu, begitu juga dengan bangsa Merina. Teori tentang pelayaran orang Nusantara ini didapati melalui kajian tentang bahasa yang di gunakan di tempat-tempat yang berkaitan. Bahasa-bahasa yang digunakan digunakan di kawasan ini tergolong dalam keluarga besar Bahasa Melayu Polinesia.

Diantara kumpulan ethnoliguistik utama di dunia, keluarga Nusantara yang dipanggil Malayo-Polynesia atau Austronesia oleh sarjana Barat telah mendominasi kawasan geografikal terbesar sebelum era moden. Dari Timur ke Barat kawasan besar ini meliputi dari Rapa-nui (Easter Island) ke Madagaskar (lebihkurang 60% lilitan bumi). Dari Utara ke Selatan ia termasuk kepulauan Taiwan (dipanggil Pekan oleh orang asal Nusantara), semenanjung Hawaii (dari perkataan Hava-iki atau Jawa Kecil sebagai sempena tanah asal bangsa Polynesia ini) dan New Zealand (Aotearoa dalam bahasa Maori).

Di luar Nusantara ini, kawasan lain yang dikunjungi oleh para pelayar Nusantara termasuklah bahagian utama Lautan Pasifik (ke Amerika Selatan) dan Lautan Indonesia, sejauh Afrika Timur. Melayu Indonesia merentasi Pasifik dari Afrika ke Easter Island, dari China ke laut karang di selatan. Penjelajahan Melayu silam ini adalah pencapaian pelayaran yang menakjubkan mana-mana pun bangsa lain. Merekalah yang memperkenalkan bahtera layar ke Pasifik 19 kurun yang lampau. Mereka mahir membaca pedoman bintang dan membuat carta-carta berkaitannya. Dalam sebuah kitab Arab bertajuk ‘Book of Miracles’ dicatat satu angkatan penjelajahan 300 bahtera Melayu ke Madagaskar pada tahun 945. Ada kemungkinan Melayu telah sampai ke pantai Afrika seawal zaman tersebut.

Hampir pasti pulau itu ditemui pada kurun pertama oleh penjelajah Melayu dari Indonesia tengah, yang punya hubungkait dengan datuk nenek orang-orang Kalimantan Tenggara. Tidak diketahui apakah yang menarik minat mereka untuk belayar begitu jauh ke Barat. Hingga kini tidak ada jawapan terhadap persoalan tersebut. Walau bagaimanapun, besar kemungkinannya bukan mereka saja orang Nusantara yang kerap menjelajah Lautan Indonesia di zaman itu.

Dan hakikatnya, para pedagang Melayu (iaitu dari kerajaan Nusantara yang berbahasa Melayu, dimana yang paling ketara ramai sebagaimana pernah ditulis oleh sarjana silam China adalah Melayu yang digelar orang Funan) yang telah berdagang antara Laut China dan negeri-negeri pantai Laut Indonesia, sejauh empayar Rom di barat daya.

Kemungkinan hadirnya Melayu di kawasan itu telah menyumbang kepada berkembangnya agama Hindu-Buddha di Asia Tenggara. Pada masa datuk nenek orang Merina secara perlahan-lahan menjelajah dan menakluki Madagaskar, orang Nusantara yang lain berdagang secara aktif dengan pantai Afrika dan Timur Tengah. Barang dagangan utama ialah rempah, berbagai jenis batu permata, kulit, hamba sahaya dan sutera. Besar kemungkinan (dari rujukan-rujukan teks Arab) bahawa pangkalan perdagangan Melayu telahpun ditubuhkan di pantai-pantai Afrika ketika itu.

Saya catatkan semula. Nabi Ibrahim a.s. pada mulanya tinggal di Ur, Mesopotamia atau Babylon. Kemudian berpindah ke Haran dan kemudian barulah ke Kanaan (Palestin). Ini adalah sekitar 2166 SM hingga 1991 SM (4,000 tahun lampau). Baginda dikatakan berumur 175 tahun dan wafat tahun 2123 (1638 BCE). Ada pendapat menyatakan bahawa Ibrahim a.s. pernah berdakwah hingga ke Kemboja dan berkahwin dengan orang Kemboja dan inilah yang dikatakan asal usul Bani Jawi. Ibnu Athir berpendapat bahawa Bani Jawi itu berasal dari anak cucu Ibrahim dengan isterinya yang bernama Qatura atau Keturah. Adakah yang dikahwini oleh Ibrahim a.s. di Kemboja itu adalah Keturah tidaklah diketahui tetapi kisah Ibrahim a.s. menyuruh anak-anaknya dari Keturah agar berpindah ke Timur memang ada disebut dalam Taurat (Genesis 25:6).

Nabi Ibrahim mengahwini Keturah selepas kematian Siti Sarah. Ketika itu baginda berusia 137 tahun. Baginda dapat 6 anak hasil perkahwinan ini. Anak-anak dari Keturah ialah Zimran, Yakshan, Medan, Midian, Yishbak dan Shuach. Semua ini dicatat dalam Taurat iaitu Genesis 25:2-4. Memang ada kemungkinan juga bahawa nama Melayu itu berasal dari perkataan Malai-Ur sempena nama kerajaan Chaldea tempat asal Ibrahim a.s. Ada juga pendapat menyatakan bahawa Melayu berasal dari perkataan Malai dan Yunan.

Orang Melayu dikenali sebagai Orang Malai oleh beberapa bangsa lain (Inggeris memanggil Malay, India memanggil Malai Karen, China memanggil Malai Ren). Tapi orang Arab cenderung memanggil orang Melayu sebagai Bani Jawi. Orang Malai (orang bukit atau gunung) ini mungkin telah mendiami Kemboja sebelum kedatangan Ibrahim a.s. ke situ, dan hampir pasti Keturah adalah orang Malai. Anak-anak Keturah adalah dari darah Ibrahim a.s., berjumlah 6 orang dan salah satu dari 6 anak inilah bapa kepada Bani Jawi (ini menurut Ibnu Athir). Saya berpendapat bahawa Melayu dan Bani Jawi sebenarnya adalah bangsa yang satu.

Bani Jawi adalah nama yang digelarkan oleh orang Arab silam terhadap orang Melayu. Cuma Melayu itu dapat dibahagikan kepada dua kelompok, iaitu Melayu-Proto (keturunan Heth bin Kanaan bin Ham bin Nuh a.s.) dan Melayu-Deutro (keturunan Ibrahim a.s. dari isterinya Keturah).

Orang Melayu Muslim lebih gemar dipanggil Melayu Jawi, Orang Jawi atau Bani Jawi. Suku etnik Melayu termasuklah Acheh, Mendailing, Melayu Deli, Minangkabau, Kerinchi, Riau, Palembang, Sunda, Melayu Bugis (Makasar), Jawa, Melayu Sulu, Melayu Maluku, Banjar, Melayu Campa (Kemboja) dan lain-lain. Melayu kini seolah-olah sinonim dengan Islam, ini mungkin kerana sejak zaman berzaman bangsa Melayu terkenal sebagai bangsa monotheist (percaya pada keesaan Allah – Sang Hyang Tunggal atau Dewata Mulia Raya).

Bangsa Melayu di Nusantara dapat dilihat sebagai bangsa hebat yang menerima Islam secara hampir menyeluruh. Tidak ada bangsa yang menerima Islam seramai Bangsa Melayu, hinggakan bila seseorang itu memeluk Islam, ia dianggap masuk Melayu atau masuk Jawi. Paling jelas ialah Melayu di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Kemboja, Pattani dan Mindanao. Sejarah membuktikan bahawa orang Melayu Nusantara memeluk Islam beramai-ramai dalam tempoh 60 tahun saja hasil peranan pendakwah yang juga berdagang di mana mereka ini (termasuk Wali Sembilan) berasal dari pedagang Tanah Arab.

ALTER TERAHSIA BANGSA MELAYU

" class="bullet" v:shapes="_x0000_i1026" border="0" height="9" width="13">Posted by Dato on 16 April 2009 01:55:02



Mengapa Israel bersusah-payah membina pangkalan dan pengaruhnya di Singapura?Apa kaitan Cina Singapura dengan Yahudi Zionis?Adakah terdapat apa-apa perancangan ketika Stamford Raffles menjejakkan kakinya di Pulau Singapura?Apa hubungan Bangsa Melayu dengan Bangsa Yahudi?Apakah dia alter terahsia Bangsa Melayu?.Apa yang terjadi 2000 tahun sebelum Masehi di antara Melayu dan Yahudi? "...sent them away from his son Isaac to the land of the east." (Genesis 25:6 New International Version) Di atas adalah petikan dari Kitab Kejadian dari Kitab Injil yang merupakan penyimpan rahsia terbesar berkenaan satu bangsa yang bergerak ke Timur dunia bagi mengembangkan keturunan manusia seperti yang diperintahkan Tuhan. Bangsa terahsia inilah yang menurunkan pelbagai bangsa Asia dari tempat asal mereka iaitu Asia Barat dan Asia Tengah di mana dari situlah bermulanya peradaban manusia. Bangsa ini,yang merupakan pemegang rahsia akhir zaman adalah satu bangsa besar yang pernah membina kota-kota purba dan menyertai peperangan-peperangan agung sejak surutnya Banjir Besar bersama-sama bangsa agung yang telah pupus seperti Sumerian dan Akkadian. Sesungguhnya kisah pengembaraan bangsa ini merupakan satu epik yang teramat panjang,lebih panjang dari epik Homer,The Iliad and the Odyssey. Untuk mengkaji sifat dan karakter bangsa misteri ini,perlulah dicari dan dirintis sejarah panjang pengembaraan mereka dan apakah yang ditemui mereka di sepanjang epik perjalanan mereka itu.Faktor yang mewujudkan kepelbagaian dari segi wajah,bahasa dan personaliti bangsa ini.Faktor yang menjadi sumber ALTER TERAHSIA bangsa misteri ini. Apakah yang dimaksudkan dengan alter?Alter dalam bahasa mudah adalah personaliti tambahan atau pun personaliti lain yang selalunya akan muncul apabila di'suis' dalam keadaan tertentu.Istilah alter sebenarnya berasal dari istilah mindcontrol di mana alter ini muncul setelah seseorang individu mengalami teknik mindcontrol tertentu contohnya teknik berasaskan-trauma. Contoh yang paling mudah ialah apabila seseorang dikejar oleh anjing yang garang.Secara tiba-tiba orang tadi akan berlari sepantas-pantasnya sehingga dia sendiri merasa hairan dengan kemampuan dirinya yang luarbiasa itu.Padahal setiap kali pertandingan larian 100 meter,dialah yang tercorot (misalnya). Juga jika seseorang yang dianggap lemah dalam sesuatu perkara,secara tiba-tiba menjadi begitu bersemangat dan gagah bila menyentuh perkara yang lain. Satu contoh yang baik tentang alter ialah dalam buku Norman Cousins berjudul Anatomy of an Illness, yang menceritakan kisah yang penuh dengan maklumat tentang Pablo Casals,salah seorang pemuzik yang terhandal dalam abad ke 20.Cousins menceritakan pertemuannya dengan Casals tidak lama sebelum hari jadinya yang ke 90 pemain celo yang handal itu.Cousins mengatakan bahawa adalah sangat menyiksakan untuk melihat orang tua itu semasa dia memulakan harinya. "Dia sangat lemah dan artritisnya tambah melemahkannya sehinggakan dia memerlukan pertolongan untuk memakai pakaian.Emfisemanya sangat jelas semasa dia bertungkus lumus untuk bernafas.Dia berjalan dengan mengheretkan kakinya,badannya bongkok dan kepalanya menjunam ke depan.Tangan-tangannya membengkak dan jari-jarinya menggenggam.Dia kelihatan seperti seorang yang amat tua,dan tersangat letih". "Sebelum waktu makan,dia berjalan ke arah piano,iaitu salah satu alat muzik yang Casals cekap bermain.Dengan bersusah payah dia membetul-betulkan dirinya di atas kerusi piano.Dia nampaknya bersusah-payah berusaha untuk membawa jari-jarinya yang bengkak lagi tergenggam itu ke papan tanda." Kemudian sesuatu yang menakjubkan berlaku.Casals dengan tiba-tiba betul-betul dapat mengubah dirinya di depan mata Cousins.Dia telah masuk ke dalam keadaan yang pintar akal,dan semasa dia melakukannya,fisiologinya berubah ke tahap di mana dia mula bergerak dan bermain,menunjukkan di kedua-dua badan dan piano hasil yang sepatutnya hanya berlaku pada seorang pemain piano yang sihat,kuat dan fleksibel.Seperti yang dinyatakan oleh Cousins, "Jari-jarinya terbuka dengan perlahan-lahan dan mencapai ke arah mata piano seperti tunas-tunas pokok bergerak ke arah cahaya matahari.Belakangnya ditegakkan.Dia nampaknya bernafas dengan lebih mudah". "Tubuh badannya tidak lagi kaku dan susut tetapi lemah lembut dan benar-benar bebas daripada lingkaran hidup atritisnya.Apabila dia meninggalkan piano,dia kelihatan benar-benar berubah daripada orang yang mula-mula duduk bermain.Dia berdiri dengan lebih tegak dan lebih tinggi;dia berjalan tanpa ada tanda-tanda mengheretkan kakinya.Dia serta-merta berjalan ke meja sarapan pagi,makan bersungguh-sungguh,dan kemudian keluar berjalan-jalan di sepanjang pantai". Alter selalunya tersembunyi dibelakang personaliti utama yang membayangi alter-alter tadi.Tetapi apabila subjek berada dalam keadaan tertentu di mana personaliti utama tidak mampu menanganinya,alter ini akan tiba-tiba muncul dan beraksi.Maka subjek tadi akan berubah menjadi alter lain,berbeza dari alter utama(personaliti utama).Tidak mustahil pula alter ini menggantikan pula alter sebelumnya sebagai personaliti utama subjek tersebut. Alter inilah yang tersembunyi di dalam setiap orang Melayu yang kenal dirinya,asal-usulnya dan siapa dirinya yang sebenar.'Melayu' adalah bangsa misteri yang dimaksudkan,telah banyak berubah dari karakter asal mereka ketika berada di wilayah Kanaan dan Sumeria (Mesopotamia) akibat perjalanan masa yang amat panjang selama beribu-ribu tahun dahulu,serta perubahan akibat cuaca dan pengembaraan yang merentasi beratus kilometer menuju ke arah timur untuk menuju ke arah 'The Promised Land' seperti yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Ibrahim a.s. Menurut kajian geneologi setakat ini,Nabi Ibrahim (Abram,Abraham) mempunyai tiga orang isteri,iaitu Sarah,Hajar dan yang terakhir Keturah.Sarah telah melahirkan Ishak (Isaac) manakala Hajar (Hagar) pula melahirkan Ismail (Ishmael).Keturah pula melahirkan enam orang anak iaitu Zimran,Jokshan,Medan,Midian,Ishbak dan Shuah.Nabi Ishak menurunkan bangsa Yahudi manakala Nabi Ismail menurunkan bangsa Arab.Kebanyakan teks-teks Judeo-Kristian mahupun Islam banyak menceritakan riwayat kedua-dua orang isteri Nabi Ibrahim ini tetapi lain pula dengan Keturah,isteri bongsu Nabi Ibrahim.Sarah,iaitu mempunyai pertalian keluarga dengan Nabi Ibrahim diketahui jelas berasal dari Tanah Kanaan iaitu tempat Nabi Ibrahim tinggal,manakala Hajar pula berasal dari keluarga diraja Firaun Mesir.Namun majoriti teks-teks Yahudi dan Kristian mendefinisikan Keturah sebagai 'unknown nationality'.Persoalannya, "Siapakah Keturah ini?" Dari mana dia berasal?.Telah ditakdirkan dari perut Keturah ini lahirlah bangsa-bangsa agung penakluk seperti Chaldea,Media dan Parsi yang mewarisi bangsa Sumeria,Akkadia,Assyria,Babylon dan lainnya dari kalangan Melayu cucu cicit Nabi Nuh dari jurai keturunan Heth bin Kanaan bin Ham bin Nuh a.s di mana di dalam teks Yahudi Kuno mengatakan kelak akan lahir bangsa-bangsa penakluk yang menjadi musuh orang Israel dari saudara mereka sebelah Keturah.Selama beribu-ribu tahun bangsa Yahudi diperangi,dibuli dan dikacau oleh bangsa-bangsa ganas dan kejam yang teramat gagah ini sehingga dibayangkan di dalam hikayat-hikayat mereka sebagai 'raksasa','orang gasar(barbarian)','kaum yang ganas' dan sebagainya.Jika kita lihat kisah Nabi Musa yang ingin kaumnya memasuki Tanah Palestin,di mana kaum Yahudi berkeras tidak mahu memasukinya kerana terdapat 'kaum yang ganas' di dalam Palestin dan sanggup mengeluarkan kata-kata, "Biarlah engkau saja yang pergi berperang dengan mereka bersama Allah,dan kami menunggu di sini" (Kisah Nabi Musa) Perlu diingat,akibat trauma dengan sejarah pedih bangsa mereka yang dibuli oleh saudara mereka yang ramai dari sebelah ibu tiri mereka Keturah,rabbi-rabbi Yahudi telah membeza-bezakan taraf isteri-isteri nabi Ibrahim di mana hanya Sarah saja disebut sebagai isteri (wife) manakala Hajar dan Keturah disebut gundik (concubine).Kita boleh lihat di dalam Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil),di mana mereka telah mengubah tafsiran isteri-isteri nabi Ibrahim.Sesungguhnya Nabi Ibrahim selaku Rasul Allah yang teramat alim dan warak tidak pernah membeza-bezakan isterinya,meskipun di dalam peristiwa menghantar Siti Hajar dan anaknya Ismail ke lembah gersang di Mekah.Betapa pilu dan hancur hatinya melihat isterinya dan anaknya yang masih kecil terdampar di tengah padang pasir yang panas.Namun perintah Tuhan tetap dilaksanakan mengingatkan tanah yang dipijak Ismail ketika itu adalah Rumah Tuhan yang akan dibangunkannya bersama anaknya Ismail kelak.Adakah hanya Siti Khadijah sahaja sebagai isteri Nabi Muhammad s.a.w manakala isteri-isterinya yang lain hanya layak disebut gundik?TIDAK SAMA SEKALI.Walhal pada asalnya Siti Sarah adalah wanita yang mandul,sebelum Allah s.w.t mengurniakan Nabi Ishak kepadanya pada saat umur yang terlampau tua.Sebab itulah Siti Sarah berkeras mengahwinkan Siti Hajar (yang disangka hamba perempuan Firaun) dengan suaminya bagi meneruskan keturunan.Bukan sahaja disebut gundik,malah perasaan rasis mereka terhadap keturunan Keturah meleret-leret dengan mengheret keturunan Siti Hajar bersama-sama.Siti Hajar dikatakan hamba Firaun manakala sumber lain pula menyatakan 'gundik Firaun'.Padahal Siti Hajar adalah PUTERI FIRAUN yang diserahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menebus rasa bersalah Firaun ketika itu yang ingin memperkosa Siti Sarah semasa Nabi Ibrahim dan Siti Sarah di dalam tahanannya .Dengan kuasa Allah setiap kali Firaun datang untuk memperkosa Siti Sarah,perbuatannya terhalang secara aneh berkat doa Nabi Ibrahim.Dari situ barulah Firaun sedar bahawa Nabi Ibrahim bukanlah sebarangan orang dan mungkin berasal dari orang suci yang harus dihormati.Akibat rasa bersalah yang teramat sangat,maka bukan sahaja Firaun membebaskan kedua-duanya malah membekalkan mereka dengan seorang perempuan muda yang bertutup wajahnya sebagai 'kifarat' dan hadiah kepada Nabi Ibrahim.Rahsia perempuan muda itu terbongkar ketika perjalanan pulang di mana Nabi Ibrahim membuka tutup kepala perempuan itu sambil bertanyakan asal-usulnya yang pada awalnya disangka seorang hamba yang dihadiahkan kepada mereka.Alangkah terkejutnya Nabi Ibrahim dan Siti Sarah bila mendengar pengakuan dari perempuan itu bahawa dia adalah anak perempuan Firaun bertaraf puteri diraja.Tersentuh hati Nabi Ibrahim sambil mengucapkan kesyukuran kepada Allah s.w.t yang sememangnya berkehendak menjaga keturunannya sebaik-baiknya.Jadi keturunan Nabi Ismail yang turun kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah berketurunan diraja dari empayar agung Firaun yang pengaruhnya melewati Anatolia dan Kanaan ketika itu (Firaun ini berbeza langsung dengan Firaun di zaman Nabi Musa kerana Firaun ini hidup lebih lama dari Ramses II kerana sezaman dengan Nabi Ibrahim). Perlu dingatkan bahawa semasa zaman Nabi Ibrahim tidak ada bangsa yang disebut sebagai Yahudi.Dan sesungguhnya Nabi Ibrahim bukanlah seorang Yahudi.Nabi Ibrahim adalah berasal dari satu kaum purba yang sezaman dengan bangsa Hittites yang telah pupus dan bangsa misteri di Mesir (Firaun tadi) yang mungkin mewariskan rahsia Piramid dan teknologi canggih zaman itu kepada bangsa Qibti yang menjadi pemerintah selepas itu termasuklah Ramses II di zaman Nabi Musa. dalam Alquran ada disebut: "Wahai ahli-ahli Kitab! Mengapa kamu berani bertengkar mengenai agama Ibrahim, pada hal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan kemudian daripada zaman Ibrahim; patutkah kamu berdegil sehingga kamu tidak mahu menggunakan akal?....Bukanlah Nabi Ibrahim itu seorang pemeluk agama Yahudi dan bukanlah juga baginda seorang Kristian". (Ali Imran: 65 - 68) Bangsa Yahudi diturunkan dari jurai keturunan Nabi Ishak di mana anaknya Yaakub telah digelar sebagai isra' yang bermaksud suka berjalan malam akibat dari kegemaran Nabi Yaakub yang berjalan malam.Dari Nabi Yaakub ini turunlah anak-anaknya termasuk Levi,Yusuf,Bunyamin dan Yahudza.Di sini kita dapat mengesan perkataan yang memaparkan karakter Yahudi seperti Levi dan Yahudza.Bunyamin (Benjamin) pula adalah adik kesayangan Nabi Yusuf,yang kembali bertemu dengan Nabi Yusuf setelah sekian lama terpisah ketika Nabi Yusuf pada waktu itu menjawat jawatan tinggi dalam kerajaan Raja Mesir (dalam hal ini pemerintah Mesir pada waktu itu digelar al-Aziz bermaksud raja).Pada waktu itu bangsa Yahudi masih menjadi bangsa belasahan dan di bawah pemerintahan bangsa purba lain sehinggalah menjadi semakin kuat dan berjaya menubuhkan kerajaan sendiri sepertimana di era Nabi Sulaiman dan Nabi Daud.Dalam pada itu keturunan dari saudara -saudara mereka yang enam orang tadi dari sebelah Keturah telah membina kekuatan yang amat dasyat,pada masa yang sama mereka telah mula maju sedikit demi sedikit lebih pantas dari bangsa Yahudi,mencipta pelbagai ilmu sains dan teknologi yang canggih,membina negarakota-negarakota yang bertembok tinggi dan tebal,membina organisasi-organisasi moden yang sistematik serta menyusun balatentera yang gagah dan teknik peperangan yang maju.Perlu dingat ketika ini dunia di sebelah lain seperti di Tanah Besar Cina dan Benua Kecil India masih mundur dan kurang berpenghuni.Adakalanya kaum-kaum dari sebelah Barat ini,(di mana pusat ketamadunan manusia purba bermula dari sini di sekitar Mesopotamia) telah mengembara ke India dan China untuk menangkap kaum asli yang masih bercawat di dalam hutan untuk dijadikan hamba atau buruh kasar membina tembok-tembok dan kota (peristiwa ini dapat dihayati jika kita menonton filem Apocalypse arahan Mel Gibson atau 1000000 B.C).Pada masa yang sama bangsa Yahudi masih ditakuk lama,hidup bermalas-malasan sambil mengharap belas ihsan bangsa-bangsa yang lebih gagah dari mereka.Sehinggalah mereka bertembung kembali dengan bangsa-bangsa keturunan Keturah seperti Media (Madyan) dan Babilon (Babil) serta Chaldea (Kaldan) yang mula merampas tanah-tanah mereka dan mula mengganas memusnahkan kediaman mereka. Bangsa Yahudi menjadi bangsa hamba di bawah pemerintahan bangsa-bangsa hebat yang menjajah mereka berkurun lamanya secara bersilih ganti.Bangsa ini pernah dibawa beramai-ramai ke kota Babilon untuk dijadikan hamba,pencacai,buruh kasar,kuli dan orang gaji dibawah kekuasaan Emperor Nebuchadnezzar (Buktanassar) dalam keadaan hina dengan dirantai kaki dan tangan mereka.Pada masa ini semua suhuf-suhuf dan Taurat telah dibakar oleh pemerintah dan hanya segelintir dari mereka berjaya menyimpan dan menghafal isi kitab itu secara sembunyi-sembunyi. Diwaktu pemerintahan Babilon inilah bangsa Yahudi telah banyak tersesat jauh dengan mengamalkan sihir dan penyembahan syaitan akibat kekurangan ajaran agama dan tekanan hidup yang tinggi.Mereka mula mengabdikan diri kepada amalan spiritual yang pelik-pelik dengan harapan syaitan akan membantu mereka melepaskan mereka dari penderitaan di bawah penjajahan bangsa Babilon.Disinilah bermulanya amalan 'Babilonian Magic' yang menjadi asas Sihir Gematria,Necronomicon,Kultus Pentagram,Ramalan Tarot dan Persaudaraan Ular Iblis menyebabkan terjadinya insiden Harut dan Marut seperti yang dikisahkan dalam AlQuran. Kegilaan bangsa Yahudi ini dalam mempelajari sihir telah menjauhkan mereka dari hidayah Tuhan dan menyebabkan ramai nabi diutus kepada mereka bagi membetulkan akhlak mereka.Bangsa Yahudi adalah bangsa spiritual.Mereka peka kepada perkara-perkara bersifat ghaib dan misteri.Mereka percaya kepada makhluk halus dan kuasa sakti.Mereka gemar mempelajari sisi spiritual dari bangsa-bangsa gagah yang menjajah mereka silih berganti. Berbalik kepada wanita misteri yang menjadi isteri ketiga Nabi Ibrahim,tidak banyak diketahui tentang kehidupannya malah berasal dari kawasan mana ataupun dari jurai keturunan mana walaupun sudah pasti berasal dari kelompok pengikut Nabi Nuh mahupun mungkin terus berasal dari kaum kerabat Nabi Nuh sendiri.Sumber-sumber kuno Yahudi juga masih samar-samar dalam membicarakan asal-usul Keturah,si wanita misteri ini.Tetapi jika disusur dari kehidupan Nabi Ibrahim sebagai 'patriarch' (gelaran yang diberikan kepada lelaki yang menjadi ketua keluarga yang sekaligus sebagai pemimpin atau raja bagi kaum kerabatnya yang terhormat dan besar) memungkinkan baginda hanya berkahwin dengan suku terhormat sahaja.Tambahan pula Keturah telah melahirkan anak-anaknya yang gagah-gagah dan hebat. Keturah bermaksud kemenyan atau pun wangi-wangian yang kadangkala digunakan dalam upacara ritual.Dari sini kita dapat menyelusuri susurgalur bangsa Melayu sebagai bangsa spiritual.Tidak diketahui siapakah ibu bapa Keturah.Tetapi terdapat sumber yang mengatakan kemungkinan Keturah berasal dari kaum kerabat raja agung Sargon yang memerintah Akkadia.Jika demikian maka sahlah bangsa misteri ini sememangnya berasal dari keturunan raja-raja agung sepertimana Arab Quraisy yang berketurunan dari Raja Mesir dari bangsa misteri yang memerintah Sungai Nil ketika itu.Sesungguhnya Piramid Agung bukanlah dibina ketika pemerintahan Firaun Khufu (Cheops) tetapi telah dibina berkurun sebelumnya oleh kerajaan-kerajaan silam yang lepas.Firaun-firaun Mesir hanyalah membaikpulih sahaja piramid-piramid ini yang diwarisi mereka.Hakikat ini lama-kelamaan disedari oleh ramai pengkaji tetapi terlampau lama untuk dapat dipercayai oleh masyarakat dunia.Anda boleh tonton filem 1000000 B.C dimana terdapat kaum yang membina Piramid ditengah-tengah padang pasir untuk mendapatkan gambaran tentang hal ini.Arkiteknya dalam menentukan lokasi piramid terpaksa melihat jarak bintang dilangit dan koordinasi buruj-buruj dimana pada masa yang sama dia juga adalah ahli astronomi dan ahli nujum Istana.Kedudukan ketiga-tiga piramid termasuk Piramid Agung Giza adalah bertepatan dengan kedudukan buruj Orion di langit,dan mengarah tepat ke arah kiblat.Ini antara misteri paling terbesar dalam sejarah kemanusiaan.Siapakah bangsa agung yang mula-mula merencanakan pembinaan Piramid?Sesungguhnya Piramid Mesir adalah penunjuk kiblat paling besar yang terdapat dibumi di mana Allah Yang Maha Agung telah menciptakan bintang-bintang Orion sebagai tanda kiblat dilangit.Piramid Mesir adalah penunjuk arah ke Baitullah di bumi manakala bintang Orion adalah penunjuk arah ke Baitul Makmur di langit.Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia.Bangsa misteri yang membina piramid terawal sudah tentu sebuah bangsa yang teramat bijak dan genius dan di zaman itu kemajuan material adalah setanding malah lebih maju dari apa yang kita dapati hari ini.Tidak percaya?.Cuba anda bayangkan kehidupan manusia sebelum Banjir Besar di zaman Nabi Nuh.Bayangkan kehidupan mereka adalah teramat canggih dengan kereta-kereta mewah dan kotaraya-kotaraya bercahaya serta pesawat-pesawat terbang seperti UFO yang bersimpang siur di udara.Setiap rumah ada sistem komputer yang canggih dan kemudahan internet kelajuan tinggi.Tetapi adakah semua itu berguna setelah banjir besar melanda seluruh dunia.TIDAK...TIDAK SAMA SEKALI.Nabi Nuh terpaksa memuatkan kapalnya dengan manusia,haiwan-haiwan yang berpasangan serta spesis-spesis tumbuh-tumbuhan yang terpilih.Di sini kita dapat mengetahui bahawa profesion Nabi Nuh bukan sahaja seorang pengembang agama tetapi juga pakar sains zoologi yang handal. Nabi Nuh boleh membina kapal yang teramat besar hanya berbekal pengikut yang tidak sampai 100 orang?FIKIRKAN.100 orang itupun ada yang wanita dan kanak-kanak jadi jumlah pekerja untuk membina bahtera nabi Nuh teramatlah sedikit.Malahan pula para pengikut nabi Nuh terdiri dari orang miskin yang lemah dan melarat sahaja.Nabi Nuh juga membina kapalnya dalam jangka masa yang terhad (sesetengah pendapat mengatakan dalam beberapa minggu sahaja).Misteri ini benar-benar memeningkan pengkaji malah ada pengkaji Barat mengatakan Bahtera Nabi Nuh dibina oleh makhluk asing.Sebenarnya kita tidak akan hairan dengan kemampuan Nabi Nuh ketika itu jika kita membayangkan kemajuan manusia sebelum Banjir Besar adalah seperti kemajuan pada masa kini sekurang-kurangnya.Kita boleh membayangkan yang Nabi Nuh membina bahtera di dalam hangar kapal yang besar berserta peralatan dan mesin-mesin yang canggih dibantu sistem perkomputeran yang termaju. Masih tidak percaya?.Kalau kita lihat kronologi kemajuan manusia pun kita dapat melihat logik atau tidak kenyataan ini.Biar kita ambil jangkamasa dari lahirnya Nabi Isa mengikut kalendar Masehi iaitu 1 Masehi hingga 2009 Masehi.Bagaimana kehidupan manusia di zaman Nabi Isa hidup.Bagaimana kemajuan manusia selepas 2000 tahun selepas kelahiran Nabi Isa?Berapakah jangkamasa Adam manusia pertama sehingga peristiwa Banjir Besar di zaman Nabi Nuh.Katakanlah lebih kurang 2000 tahun (ini anggaran yang amat minimum memandangkan jangkamasa dari manusia pertama turun ke Bumi sehingga Banjir Besar boleh memakan masa beribu-ribu tahun),maka logiklah kemajuan manusia mencapai tahap terhebat dan maju ketika Banjir Besar.Maka jika berfikir seperti ini,kita tidak akan terkejut dengan kisah-kisah seperti Atlantis dan Lemuria serta Kerajaan Rama yang mempunyai pesawat-pesawat terbang seperti UFO.Peperangan pun melibatkan kuasa nuklear seperti kesan-kesan yang ditemui di Mohenjo-Daro dan Harappa.TETAPI ADAKAH SEMUA KEMAJUAN ITU BERGUNA APABILA TIBA BALA BENCANA?Semua kemajuan itu habis tenggelam bersama-sama orang musyrik yang mengingkari perintah Allah s.w.t setelah hanyut dalam arus kemajuan material dan kecanggihan teknologi yang mengkhayalkan.Manusia ketika itu semakin rakus dengan kebendaan dan berbuat maksiat secara terang-terangan.Tidak hairan jika terdapat parti bogel di sana-sini.Pesta-pesta mandi buih acapkali diadakan di festival-festival besar.Konsert-konsert muzik yang mengkhayalkan seringkali diakhiri dengan pesta seks yang menghairahkan dihadapan sembahan-sembahan berhala yang mereka pertuhankan.Dakwah Nabi Nuh dikesampingkan walaupun sering keluar di media-media antarabangsa. Mungkin anda berasa lucu dengan senario yang dipaparkan di sini.Ini kerana anda memikirkan Nabi Nuh hidup seperti orang gua,bercucuk tanam dan mengembala kambing sahaja.TIDAK SAMA SEKALI.Lihatlah lukisan-lukisan misteri di dinding kuil-kuil Firaun yang menceritakan satu mitos purba tentang penghasilan tenaga elektrik siap dengan lukisan kabel bawah tanah dan filemen elektrik.Penemuan bateri purba di Iraq dan cakera padat purba Dropa (sehingga kini tidak diketahui sama ada ia berbentuk CD,CD-RW,DVD,DVD-RW atau sebagainya) di China.Dan yang paling menggemparkan adalah penemuan loji nuklear berusia lebih 2 juta tahun di Afrika!Apa maksud semua ini?Berapa umur Bumi sebenarnya?Berapa umur umat manusia sebenarnya?.Kita tidak boleh menganggarkannya berdasarkan kajian Barat yang dipengaruhi oleh The Hidden Hand seperti Illuminati dan Freemason.Mereka ada sebab untuk mengelirukan manusia.Segala kenyataan sebenarnya amat jauh dari apa yang kita dapat bayangkan.Maka setelah Banjir Besar,para pengikut Nabi Nuh pun bertebaranlah di muka bumi sehelai sepinggang setelah meninggalkan kehidupan moden dan canggih mereka ditelan banjir.Mereka kembali menjadi orang gua dan mula berburu,bercucuk tanam dan mengail ikan.Di waktu-waktu malam mungkin mereka berkumpul di tepi unggun api sambil mendengar cerita orang-orang tua dikalangan mereka tentang kehidupan moden dan canggih mereka suatu ketika dahulu seperti menaiki bas dan komuter (kebanyakan pengikut Nabi Nuh adalah miskin) dan ada juga yang pernah menaiki kereta.Mereka juga menceritakan bangunan-bangunan tinggi dan komputer. Sudah tentu cucu-cicit mereka tercengang bangang mendengar 'dongeng-dongeng' ini dikala kehidupan mereka sekarang ditahap zaman Paleolitik.Maka keluarlah pelbagai mitos mengenai 'keajaiban' cerita-cerita ini.Dan tidak hairan jika ada di antara mereka yang 'nakal' mula berangan-rangan tentang dewa-dewi yang menaiki kenderaan terbang dan berperang menggunakan senjata nuklear seperti yang kita dapati dari kitab Hindu Mahabrata.Malah tidak keterlaluan jika ada pengkaji yang merumuskan dewa-dewi orang Hindu diambil dari anak-anak raja kerajaan Rama,Atlantis dan Lemuria yang tenggelam di dasar lautan.Cuba perhatikan patung-patung sembahan Hindu.Dewa-dewi yang termasyhur semuanya berkulit cerah dan segak-segak seperti raja-raja purba.Apakah yang dikatakan oleh orang-orang gua apabila bertemu seorang yang kacak turun dari helikopter sambil memegang telefon bimbit?Lelaki tampan tadi akan dianggap sebagi dewa yang berkuasa!!Itulah yang terjadi kepada orang-orang Hindu.Mereka sebenarnya menyembah raja-raja purba yang digambarkan melalui kitab-kitab purba mereka seperti Ramayana dan Mahabharata,Veda serta Upanishad.Sudah tentu cucu-cicit keturunan Nabi Nuh yang menurunkan bangsa-bangsa moden selepas itu yang menceritakan kisah-kisah ajaib nenek moyang mereka yang menaiki pesawat terbang,komputer,reaktor nuklear dan kereta mewah seperti Mercedes Sport dan Ferrari!FIKIR-FIKIRKAN....tidak rugi kita meluangkan masa sejenak untuk berfikir asal-usul kita. akan datang dalam siri Alter Terahsia Bangsa Melayu... -Siapakah Keturah? -Melayu dikalangan anak-anak Keturah -Melayu dikalangan cucu cicit Nuh bangsa penakluk dan raja-raja agung -Menjejak asal-usul raja-raja Melayu sehingga Cyrus The Great -Cura si Manjakini bukti warisan Darius Emperor Parsi -Negarakota Melayu di era Ur,Kish dan Uruk -Hubungan Melayu dan Yahudi di era peperangan bangsa Sumeria -'Bangsa Gunung' -Pengembaraan ke Timur Jauh -Perjalanan melalui jalan darat -Jalan Sutera dan Kapak dari Asia Tengah -Epik pengembaraan di padang pasir dan salju dingin -Kenangan kehidupan silam di pergunungan Himalaya dan perkampungan Tibet yang damai -Perjalanan melalui jalan laut -Bahtera dan ilmu pelayaran bangsa misteri -Astronomi dan rahsia bintang-bintang -Bodhidharma,Dharmakirti,Sakyakirti dan pendeta-pendeta Melayu lainnya -1000 rahib,sami dan arahat di Bukit Suci -Misteri bangsa terahsia -Siapakah dia Malai? -Bumi Mala -The Promised Land -Tempat menyimpan rahsia -Kunci-kunci rahsia -Cucu-cicit Nabi Pintu Rahsia akan terbuka....

Kata ‘Nusantara’, berasal dari kata-kata Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, dalam sumpahnya yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Bahwa dia tidak akan menikmati kesenangan dunia sebelum seluruh nusantara bersatu. Gajah Mada sendiri adalah sosok yang misterius, tidak diketahui dari mana asal-usulnya, kemudian tampil menjadi orang yang paling berpengaruh dari zaman ke zaman dengan konsep Nusantara-nya dan kemudian menghilang entah ke mana.

Wilayah Nusantara mengacu kepada kepada kawasan kepulauan Asia Tenggara, yang saat ini berada dalam wilayah negara Indonesia, Malaysia dan sekitarnya. Menurut pembagian kawasan dunia, wilayah ini terletak paling timur dalam peta dunia. Orang Eropa menyebut wilayah ini Timur Jauh. Pada abad-abad penjajahan bangsa Eropa, Nusantara biasa disebut Hindia Timur (East Indies). Begitu juga dengan orang Arab dan Timur Tengah, bila dikatakan ‘Timur’ maka dalam maksud lokal bisa bermaksud kawasan di sebelah timur Hijaz (kawasan Mekah dan Madinah), tapi dalam maksud yang lain berarti wilayah di arah timur di luar Jazirah Arab dan Teluk Persia: Nusantara.

Wilayah ini didiami oleh rumpun bangsa Melayu (Jawi). Saat ini terdapat sekitar setengah milyar penduduk mendiami wilayah ini. Dengan 300 juta orang diantaranya beragama Islam, menjadikan rumpun bangsa Melayu adalah bangsa Muslim terbesar di dunia. Bahkan lebih besar dibandingkan seluruh bangsa Arab yang merupakan menjadi bangsa Muslim pertama. Suatu fenomena yang tidak dijumpai pada bangsa manapun di dunia.

Sejarah keislaman Nusantara dan Bangsa Melayu bermula sangat awal sekali. Telah ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur), Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya, tapi dari tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau adalah salah sorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang yang hidup sezaman dan berjumpa dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah memulai gelombang awal sejarah Islam di Bumi Nusantara.

Pada periode berikutnya, Islam semakin deras mengalir khususnya ke Pulau Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Kamboja (Campa). Sekitar abad ke 13 M, banyak cabang-cabang keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW (Ahlul Bait) mulai meninggalkan Hadramaut (Yaman) di wilayah selatan Jazirah Arab, terutama setelah serbuan Bangsa Mongol ke Baghdad. Tersebutlah Sayyid Ahmad Jalal Syah yang menjadi gubernur di India Barat. Salah seorang puteranya yang bernama Sayyid Jamaluddin Al Hussein berpindah ke Campa dan kemudian lebih terkenal dengan nama Syeikh Jumadil Kubra.

Seorang putera Syeikh Jumadil Kubra yang bernama Sayyid Ali Nurul Alam mengasaskan berbagai kesultanan di Campa, Semenanjung Malaya, Pattani (Thailand Selatan), Sumatera, Kalimantan dan Brunei (Borneo) serta di kawasan Filipina. Tercatat raja pertama dinasti Islam Campa adalah anak dari Sayyid Ali Nurul Alam, yaitu Raja Wan Bo (Sayid Abdullah ibn Ali Nurul Alam).

Puteranya yang lain adalah Syeikh Ibrahim Al Akbar As Samarkand (Sunan Maulana Malik Ibrahim/ Sunan Maghribi/ Syeikh Asmarakandi). Inilah cikal bakal Wali Songo di tanah Jawa. Dari keluarga Syeikh Asmarakandi lahir Sunan Ampel, Sunan Drajad dan Jaka Tarub yang keturunannya menjadi ulama-ulama dan raja-raja Jawa (Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, Banten dst). Keluarga Ahlul Bait ini kemudian dengan cepat membaur dan segera mencorak Nusantara dengan Islam.

Pada waktu itu keluarga ini datang ke Jawa Timur, pusat pemerintahan Majapahit, kerajaan yang mengalami kemunduruan setelah sebelumnya menjadi pemimpin Nusantara. Kehadiran Sunan Ampel diterima dengan baik oleh penguasa Majapahit saat itu. Walaupun Majapahit masih tetat kerajaan Hindu tapi tidak sedikit warganya yang telah memeluk Islam. Bahkan akhirnya Raja Majapahit, Brawijaya V (Bhre Kertabumi) kemudian memeluk Islam. Anak-anaknya dididik langsung oleh Sunan Ampel. Salah satunya adalah Raden Patah (Fatah) yang kemudian menjadi menantu Sunan Ampel dan selanjutnya mengasaskan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa: Kesultanan Demak. Raden Patah menjadi raja Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fatah.

Hampir bersamaan dengan itu, salah seorang ahlul bait keturunan ke-31 dari Sayidina Hussain (cucu Nabi Muhammad SAW) yang lahir dan dibesarkan di daratan Cina, mengadakan ekpedisi pelayaran ke berbagai tempat di dunia, dan secara satah satunya khusus datang ke Nusantara dengan puluhan kapal bersama hampir 30.000 orang anggota armadanya. Inilah satu ekpedisi pelayaran terbesar dalam sejarah. Dia bernama Zheng He, dan lebih terkenal dengan nama Laksamana Ceng Ho. ‘Show force’ Laksamana Ceng Ho dengan armadanya yang luar biasa besar namun membawa misi perdamaian, membantu menstabilkan kondisi politik kerajaan-kerajaan di Nusantara setelah memudarnya kejayaan Majapahit pasca Gajah Mada dan juga membantu memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan universal. Dengan demikian perkembangan Islam menjadi semakin pesat dan berwibawa.

Maka kemudian datang gelombang Ahlul Bait pada abad ke-18 M. Hal ini juga didorong oleh terjadinya serangan di Hijaz oleh Muhammad ibn Saud (Bani Saud) dan Muhammad ibn Abdul Wahhab yang di kemudian hari lebih banyak disebut sebagai gerakan Wahabi (Wahhabism). Serangan ini didukung oleh Inggris yang berkepentingan untuk menjatuhkan Turki Utsmani dan kemudian memicu konflik antara Turki Utsmani dan dinasti Saud (Ottoman-Saudi War) setelah sebelumnya mengakibatkan terusirnya kalangan Ahlul Bait dari Hijaz. Sebagian ada yang berpindah ke utara dan mendirikan kerajaan Bani Hasyim/Al Hasyimi di Yordania (The Hashemite Kingdom of Jordan) dan sebagian bergerak ke timur menuju Nusantara.

Berbeda dengan para pendahulunya yang telah berbaur dengan ras Melayu, mereka yang datang pada periode ini lebih mudah dikenali secara fisik sebagai sebagai keturunan Arab. Dan umumnya mereka juga mengekalkan marga-marga ahlul bait hingga ke saat ini. Juga lazim dikenal sebagai panggilan Sayyid, Syarif, Habib, Wan, Tok, Tengku dan lain sebagainya.

Inilah salah satu keajaiban bangsa Melayu, darah Rasul telah mengalir dalam darah mereka dan mengalirkan keberkahan tersendiri. Rupanya orang-orang muslim terdahulu, khususnya dari kalangan Ahlul Bait terdahulu dengan sangat serius dan terarah menyiarkan dakwahnya ke Bumi Nusantara. Menjadikan bangsa Melayu menjadi bagian dari keluarga besar Nabi Muhammad SAW, seolah-olah Bumi Nusantara di Timur ini adalah tanah air kedua bagi Islam dan keluarga yang mulia ini. Terlebih setelah mereka terusir dari tanah airnya sendiri. Bahkan ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Mahapatih Gajah Mada, ‘pendiri’ Nusantara yang misterius itu, tidak lain adalah salah seorang muslim dari kalangan Ahlul Bait. Wallahu ‘alam.

“Kami Ahlul Bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih daripada dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran selepasku kelak hingga datanglah Panji-panji Hitam dari Timur. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikan. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kejayaan. Siapa di antara kamu atau keturunanmu yang hidup pada masa itu, datangilah Imam dari ahli keluargaku itu walaupun terpaksa merangkak di atas salju. Sesungguhnya, mereka adalah pembawa Panji-panji Al Mahdi. Mereka akan menyerahkannya kepada seorang lelaki dari ahli keluargaku yang namanya seperti namaku, dan nama ayahnya seperti nama ayahku. Dia akan memenuhi dunia ini dengan keadilan dan kesaksamaan..” (H.R. Abu Daud, At-Tarmizi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Abus Syeikh, Ibnu Adi, Abu Dhabi, Ibnu Asakir & Abu Nuaim)

Selanjutnya >> The Secret of Nusantara (II): The Last Stronghold >>

Senin, 13 April 2009

Penggalan kisah anak Buki-Buki-OM MISIKANE

Barangkali aku memang masih harus membaca sejumlah referensi historis agar tahu jelas bagamana gambaran Selayar di masa lalu, utamanya ketika terjadi perang antara Selayar yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Bulaenna Parangia dan sebuah “bangsa” dari timur yang oleh lidah orang Selayar disebut, Bangsa Serang. Aku belum jelas apa yang dimaksud adalah orang-orang dari Pulau Seram atau sebenarnya ini cuma sebutan saja, karena barangkali Serang yang dimaksud orang-orang Selayar adalah orang-orang dari timur, atau boleh jadi memang sebuah suku yang menghuni Pulau Seram. Pernah juga aku melihat sebuah pertunjukan yang melakonkan cerita Perang Bulaenne Parangia oleh Sanggar Passianak tetapi waktu itu belum terlintas pikiran untuk mencari tahu dari mana mereka menyusun skenario pertunjukan itu.

Tetapi baiklah. Mungkin ada gunanya jika kuceritakan bahwa sejak berumur tiga sampai delapan tahun, aku dan keluarga pernah tinggal di sebuah pulau di belahan timur Indonesia yang bernama Pulau Seram. Pulau ini masuk dalam kabupaten Maluku tengah, ibukotanya Masohi. Pulau ini adalah Pulau terbesar di Propinsi Maluku

Tempat tinggal kami berjarak sekitar lima belas kilometer ke arah timur dari Masohi, saat itu masuk dalam Kecematan Amahai. Ada beberapa wilayah yang dinamakan sesuai dengan jarak ukurnya, misalnya ada kampung bernama kilo satu, kilo dua, kilo tiga, dan sebagainya. Kilo tujuh dikenal sebagai kampung yang dihuni oleh mayoritas orang selayar. Di kampung itu kami pertama tinggal. Setahun kemudian baru keluarga kami ikut dengan rombongan transmigrasi ke arah timur dan mendiami sebuah lokasi transmigran bernama Kilo Dua belas. ( Di lain waktu aku akan cerita tentang Kilo tujuh).

Di belakang rumah kami di Kilo Dua Belas, ada terbentang beberapa hektar hutan yang diizikan pemerintah untuk dibuka dan digarap semampu para transmigran. Keadaan masih sangat alami waktu itu. Tak ada listrik. Jika pagi hari, kami dibangunkan kokok ayam hutan. Kalau langit cerah, di ufuk sebelah utara mencuat lereng Gunung Pinaiya. Ia begitu angkuh. Tampak melengos dan ingin menjilat awan. Dan lihatlah ke semak-semak putri malu. Coba sentuhkan ujung jarimu ke bunga yang berwarna jingga keputih-putihan itu. Daunnya seketika akan benar-benar merunduk seperti putri cantik yang baru mengenal laki-laki. Hati-hati saja, jangan sampai putri ini marah dan balik menusuk dengan durinya. Sementara di bawah semak-semak itu sesekali melintas ular panana yang tidak bisa dikatakan ular, karena berkaki empat menyerupai biawak, tetapi menurut penduduk setempat, ia bisa lebih berbahaya dari ular kebanyakan. Sekali ia menyemprot bisanya dan mengenai kulit, maka nyawa bisa meregang hanya dalam hitungan jam. Jalanan di depan rumah kami masih dalam tahap pengerasan. Puskesmas, sekolah, mesjid, gereja, dan Balai Desa yang kebetulan berdekatan dengan rumah kami, baru sementara dibangun.

Mari dilanjutkan perjalanan kita masuk hutan. Ternyata hutan-hutan yang berisi pohon-pohon tinggi di sana tidak sekedar dihuni oleh babi, rusa, ular atau kusu ( kus-kus), tetapi juga manusia! Yang laki-lakinya bertelanjang dada dan berikat kepala merah. Jika masuk kampung, mereka terkadang membawa serta anjing-anjing mereka dan di bahu, melintang tombak atau busur panah. Sementara yang perempuan menutup badannya sampai bagian atas dada dengan kain. Di kepala menjunjung buntalan kain atau keranjang yang entah apa isinya. Merekalah dikenal sebagai Orang-Orang Naulu, suku asli penghuni Pulau Seram.

Walaupun habitat mereka di hutan, tetapi ada pula yang sudah hidup bermasyarakat, menyekolahkan anaknya sampai jadi dokter. Jika ada yang ingin menebang pepohonan di hutan, adalah lebih baik jika setelah minta izin di Departemen Kehutanan, minta izin pula pada kepala suku mereka. Karena kalau saran ini tidak diindahkan, maka siap-siap saja. Sementara asyik-asyik menebang kayu dengan chain saw, bisa-bisa ada anak panah yang meluncur di bawah selangkangan. Tidak sampai kena memang, karena mereka juga masih punya nurani, tidak ingin mencelakakan orang. Mereka hanya ingin menakut-nakuti saja. Ya, konon mereka memang punya keahlian “Panah pantul”. Mereka bisa menjatuhkan kusu yang berada dalam posisi yang tidak bisa dibidik langsung, tetapi dengan memantulkan anak panah pada dahan pohon yang berada di dekat sasaran.

Ada beberapa Orang Naulu yang akrab dengan Bapak. Sesekali mereka bertandang ke rumah. Nama mereka aneh-aneh. Misikane, Sekelima, dan Natu. Kepala suku mereka dipanggil Bapa Tasa. Om Misikane ini yang paling sering datang ke rumah dan ngobrol panjang dengan bapak dalam bahasa Melayu logat Maluku. Jika diamat-amati, lidah mereka nampaknya tidak bisa membedakan bunyi “p” dan “B”, bahkan cenderung terbalik-balik. Kalau kata “pintu”, mereka sebut “bintu”. Botol mereka bilang “potol”. Misalnya ketika istri Om Misikane pernah cerita, “Dong sering buka bintu dan ambil potol-potol di rumah”(Dia sering membuka pintu dan ambil botol-botol di rumah).

Melalui tukar cerita dan pengalaman antara Bapak dengan orang-orang naulu inilah kemudian terjalin keakraban, sebab mereka meyakini bahwa nenek moyang mereka dan nenek moyang orang Selayar memiliki jalinan historis di masa lalu. Seperti apa hubungan itu? Dimulai dengan cerita Om Misikane bahwa keluarga mereka pantang makan nasi. Ini sudah menjadi sumpah nenek moyang mereka, bahwa mulai dia dan keturunannnya tidak boleh makan nasi, karena di batang padilah Si nenek moyang ini bersembunyi sehingga bisa selamat dari kejaran orang-orang selayar.

Bapak ganti bencerita bahwa memang di zaman dulu pernah terjadi peperangan antara Selayar dan Seram. Sebelum menyerang Selayar, suku kanibal itu terlebih dahulu mengirim tiga orang teliksandi yang terbukti gagal melakukan pengintaian karena keburu tewas dijebak oleh tentara Selayar di sebuah tempat di sebelah timur Selayar bernama Baba’ang. Jenazah Tiga orang teliksandi ini kemudian dimakamkan secara layak di pekuburan Buki Toa di Daerah Buki-buki. Ini membuat Om Misikane senang, bahwa jenazah nenek moyangnya diberi tempat di Selayar. Sebagai tanda terima kasihnya kepada “orang selayar”, Om Misikane mempersilahkan Bapak mengolah tanah seram seberapa pun luasnya.

Penggalan kisah anak Buki-Buki-KILO TUJUH, KAMPUNG ORANG SELAYAR DI TANAH SERAM


Beberapa waktu yang lalu ada keluarga yang menelpon dari Seram. Mereka mengabarkan akan pulang ke Selayar tidak lama lagi. Keluarga ini tinggal di Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah. Ketika kutanyakan, apa masih ada orang yang menghuni Kampung Kilo Tujuh? Keluarga ini menjawab, masih ada beberapa keluarga. Kampung Kilo Tujuh, Kampung orang Selayar di tana$h Seram ini memang mulai ditinggal pergi penduduknya ketika terjadi konflik SARA tahun 1999.

Kata Ammak, Ketika datang pertama kali di Tanah Seram pada tahun 1985, saat aku masih berumur tiga tahun, kami tinggal di kampung itu. Kami kembali ke Selayar tahun 1990, Sembilan tahun sebelum konflik SARA pecah.

Dan Kalau mau bercerita, apa yang bisa diingat oleh anak yang baru berumur tiga tahun, yang memori di otaknya baru aktif sedikit? Yang sempat terekam dalam “memori kecilku” adalah, pada suatu hari, air kali yang mengalir memotong jalan di bawah jembatan kecil di tengah kampung, meluap dan membanjiri kampung. Untungnya orang-orang Selayar yang tinggal di sini membangun rumah sama seperti rumah-rumah mereka di kampung halaman, yakni rumah panggung. Sehingga air yang meluap dari kali tempat mandi mereka itu hanya menggenangi kolong rumah. Tak ada korban jiwa.

Momen-momen yang terekam olehku adalah, banjir itu terjadi pagi hari ketika hujan turun tanpa henti sejak malam. Pagi itu Balita Aku diberi makan bubur dengan sendok kecil dan piring kecil bergambar tiga orang anak cina gundul yang sedang memikul sesuatu di pundak mereka. Mereka nampak seperti Bo bo ho. Kenapa momen ini bisa terekam? Mungkin karena saat makan itu tiba-tiba sendok kecilku jatuh ke selah-selah lantai bambu dan meluncur turun ke kolong rumah, lalu dibawa air bah entah ke mana.

Dalam keping memori lain, aku teringat ada seorang anak kecil beberapa tahun lebih tua dari usiaku yang tewas tertimbun longsoran tanah galian selokan, dan baru ditemukan keesokan harinya, tetapi ini terjadi bukan pada saat banjir tetapi beberapa tahun setelah banjir surut. Di kampung itu pernah pula tinggal orang selayar yang punya pekerjaan sebagai penangkap buaya. Ia menangkap buaya hidup-hidup, diikat, dikuliti, dan kulit buaya ini dijual.

Kembali ke Kampung Kilo Tujuh. Kampung ini adalah deretan rumah panggung yang ditata di kiri-kanan jalan yang membentang dari barat ke timur. Ujung kampung di sebelah timur adalah sungai. Sebuah jembatan beton dibangun menghubungkan Kilo Tujuh dengan Kilo Delapan di sebelah timur. Sementara itu jalanan yang melintasi Kilo Enam di sebelah barat waktu itu, masih diapit hutan belukar.

Kampung ini dihuni oleh puluhan kepala keluarga asli Selayar. Mereka bekerja sebagai petani dan pedagang. Tanaman yang mereka usahakan antara lain cokelat dan sayur-mayur. Di antara mereka ada pula yang menjadi pengusaha angkutan. Dan nampaknya penghidupan mereka di tanah rantauan ini cukup mapan sehingga setelah kerusuhan reda, ada beberapa orang yang pada mulanya kembali ke Selayar di awal kerusuhan, kembali lagi ke Seram.

Ketika kami sekeluarga pindah ke Kilo dua belas, kami masih sering mengunjungi keluarga kami di Kilo Tujuh pada hari-hari libur atau setiap ada kenduri seperti pesta khitanan atau pesta pernikahan. Di malam minggu biasanya diadakan pertandingan bulu tangkis berhadiah di kampung Kilo tujuh. Aku sendiri menghabiskan waktu sepuasku berenang dan main kapal-kapalan gaba-gaba di kali bersama anak-anak lain. Kali kecil yang mengalir memotong tengah kampung ini airnya sangat jernih, karena disaring secara alamiah oleh pasir dan kerikil-kerikil sebesar biji kelereng di dasar kali. Tempat mandi dan mencuci dibikinkan atap dari seng.

Sedikit atau banyak, Kilo Tujuh adalah salah satu fragmen yang telah menyimpan kenangan dalam hidupku dan juga tentunya bagi orang-orang Selayar yang pernah tinggal di sana. Kerusuhan, konflik SARA dan ada juga yang bilang, Perang agama, yang entah disulut oleh siapa, telah banyak mengubah keadaan kampung itu menjadi sepi. Sementara bagi yang bertahan, setiap saat harus senantiasa waspada bila pecah lagi kerusuhan.

Aku sendiri tak tahu kapan akan kembali ke sana. Mungkin aku akan pulang untuk mencium segepok Tanah tempat musuh moyangku yang turut membesarkanku itu, atau sekedar mencari sendok kecilku yang ditelan air bah ketika terjadi banjir di Kilo Tujuh.

ANEKDOT-ANEKDOT DI MASA PENJAJAHAN



PROLOG

Nenek moyang kita sebenarnya orang-orang hebat. Mereka telah sanggup mendirikan bangunan batu megah seperti Candi Borobudur dan Prambanan yang kerumitan konstruksinya masih membingunkan para ahli. Mereka telah mendirikan sebuah armada maritim dan membangun sebuah doktrin yang mampu menyatukan Nusantara. Mereka punya aksara sendiri. Mereka membangun seni dan kebudayaan sendiri. Mereka juga masih bisa menghalau penjajah Portugis hingga bangsa porto ini cuma sanggup menduduki Timor-Timur (Timor leste). Sayangnya mereka kalah siasat dengan Belanda. Jika mereka angkat senjata, Belanda mendatangkan tandingan yang biasanya adalah orang-orang dari bangsa sendiri sehingga perlawanan pun berhasil dipatahkan, akhirnya karatanlah bangsa kita dijajah selama tiga setengah abad lamanya.

Bahwa Penjajahan adalah biang kerok ketertinggalan kita, mungkin sebuah pendapat yang masih sangat terbuka untuk kita perdebatkan. Tetapi kemandegan, bahkan kemunduran kita di segala bidang jika dibandingkan dengan Negara-negara maju, merupakan sebuah fakta. Dan betapa sangat naifnya kita seandainya kita yang lahir belakangan ini masih tidak mampu belajar pada sejarah, dan melakukan terobosan-terobosan baru untuk mengejar ketertinggalan itu.

Cerita-cerita singkat berikut ini mungkin bukan gambaran sejarah sepenggal-sepenggal yang dengan sendirinya tidak perlu dan tidak harus diluruskan, karena cerita ini mungkin hanya semacam pemanis bibir di kalangan kakek-buyut kita, bualan-bualan, hiburan, atau malah inilah yang namanya “SENJATA ORANG-ORANG KALAH”. Ia lahir dari karakter yang berusaha fleksibel terhadap zaman yang menindasnya. Salah satu caranya adalah dengan menertawai kebodohan sendiri dan meninggalkan bekasnya seperti program ekstravaganza, Republik Mimpi dan Republik BBM.

Karakter humoris nan “menyedihkan” ini juga ada di dalam diri orang Selayar. Bayangkan, ketika mereka terpingkal-pingkal ketawa saat mengenang teman sejawat dan saudara-saudara mereka yang tewas dihajar peluru meriam karena berduyun-duyun ke pantai ingin mendengar “indahnya” suara dentuman yang ternyata suara ba’dili ro’ro’. Mereka juga masih sanggup terbahak mengenang rekannya yang lari terbirit-birit saat Nippon membom pemancar komunikasi Belanda di Puncak.

Saat ini mungkin kita akan ikut tertawa sembari berkata, “Oh alangkah udiknya engkau, nenek moyangku. Karena otakmu sudah dicacah dan ditakar oleh penjajah sampai sedetil-detilnya, maka ketika Orang bule dan orang Jepang telah berperang di udara, membaca pun engkau belum bisa”.

Tetapi setelah terbahak, ada baiknya kita terdiam sejenak dan melihat ke sekeliling kita. Kita lihat apa yang terjadi hari demi hari di negeri ini. Berita orang-orang yang digusur tempat tinggalnya bukankan amat ironis jika dibandingkan dengan Negara kita yang begitu luasnya? Apakah kita sudah betul-betul kekurangan tanah untuk tempat tinggal, padahal masih begitu banyak pulau yang tidak dihuni? Berita tentang Orang-orang yang terkena busung lapar bukankan amat kontradiktif untuk negeri yang konon gemar ripah lohjinawi, melimpah dengan sumber daya alam?

Nah, bukankan Keadaan kita pun sesungguhnya tidak kalah menyedihkannya dengan para pendahulu kita yang dijajah bangsa bule itu? Kalau di zaman penjajahan Belanda atau Jepang hal seperti ini barangkali masih bisa dimaklumi. Tetapi jika ini setelah lebih setengah abad kita menyatakan kemerdekaan kita, maka tentunya masih harus dipertanyakan, siapakah yang lebih bodoh, kita atau nenek moyang kita.

BIRI-BIRI

Sekali waktu di zaman Belanda, ada seorang petinggi Belanda yang bertanya pada salah satu penduduk Setempat, “Kamu orang tahu daerah mana yang banyak biri-biri?” (Yang dimaksud oleh Si Menir ini adalah binatang domba)

Karena yang ditanya belum pernah melihat domba, maka penduduk ini mengira yang dimaksud adalah biri-biri laut, temannya siput. Sambil merapikan sarungnya, Ia menjawab dengan bahasa Melayu sepotong-sepotong, “Ooo kalau biri-biri sangat banyak, Tuan. Di Temprang Parak, satu kali me-nyogor dapat satu karanjeng ( Di Pantai Parak, satu kali menyekop, dapat satu keranjang).

Paham kalau penduduk ini tidak megerti apa yang ia tanyakan, maka tuan Menir menyela, “Yang saya maksud biri-biri, yang punya tanduk dan telinga panjang. Kamu orang bodoh sekali”, umpatnya.

Bukannya paham, Si Penduduk ini malah semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan Si Belanda. Tapi tetap saja ia menjawab dengan sok tahunya. Ia sempat menangkap kata terakhir yang diucapkan Si belanda, kata “bodoh”, yang dalam bahasa selayar kedengaran sama dengan “bodo”, yang berarti pendek. Jadi menurutnya, Si tuan Bule ini mengatakan kalau tubuhnya pendek sekali. Maka tanpa pikir panjang, langsung saja ia menyela, “Gelena japa rijanjang aringku. So’di minang rijanjang aringku, mungking ta’bangkaki Tuang, ka Bodo-bodoang pole ia na I nakke” (Tuan Cuma belum pernah melihat adik hamba. Seandainya tuan pernah melihat adik hamba mungkin tuan akan terkejut, karena adik hamba jauh lebih pendek dari hamba)

Belanda : ???

Bila itu Tempat air

Di lain waktu, seorang petinggi Belanda berkunjung ke daerah Selayar bagian timur. Ketika masuk ke sebuah kampung, ia menghampiri salah satu penduduk yang sedang memberi makan kudanya yang berwarna putih. Kebetulan orang ini tahu bahwa bahasa melayu jarang pute adalah kuda putih. Maka ketika Si Tuan Belanda ini bertanya kepadanya, “ Kamu tahu di mana kampung putti?”,

Si penduduk ini menyangka kalau Tuan Belanda menanyakan kudanya. Dengan pedenya, ia menjawab, “Kuda putih ini Koak ( kuat), Tuan!”.

Melihat Tuan bule terbengong-bengong, ia berusaha “meyakinkan” tuannya dengan bersemangat, “ Bayangkan Tuan, Benteng pigi Barugayya datang. Sakeang Beau tidak turun lagi” (Pulang-pergi dari Benteng ke Barugayya, kuda ini tidak ada capek-capeknya. Pendakian beau, terletak di sebelah timur Kampung Cinimabela ,tidak usah turun )

“Kamu orang bilang apa? Tanya Si Belanda tak mengerti.

Karena menangkap kata “bilang”, maka menurutnya Si Bule menanyakan bila, benda bulat yang tergantung di kolong rumahnya. Bila adalah tempat air yang terbuat dari semacam buah. Sambil menunjuk ke arah bila ia menjelaskan “Kalau bila itu untuk tempat air, tuan. Bisa juga untuk tempat udang…”

Tuan Sakata

Di zaman Jepang ada seorang Mandor Nippon yang sangat kejam menindas orang Selayar. Namanya Tuan Sakata. Tuan Sakata adalah perfeksionis yang sangat benci pada pekerja yang tidak serius bekerja. Konon jika ada sesuatu yang mesti digotong ramai-ramai, taruhlah membutuhkan empat orang, maka pekerjaan ini harus dituntaskan sesegera dan sebaik mungkin. Kalau tidak sampai selesai dengan alasan misalnya, para penggotong yang empat orang itu tidak sanggup mengangkatnya dan membutuhkan tambahan tenaga, maka Tuan Sakata bukannya menambah jumlah penggotong, tetapi sebaliknya, jumlah penggotong dikurangi jadi tiga atau dua orang. Biar mereka tidak main-main, mungkin begitu maksudnya.

Kekejamannya pun pernah ia buktikan ketika diadakan kerja pembangunan jalan. Seorang pekerja yang mungkin sudah kecapekan mengambil inisiatif sendiri untuk beristirahat sejenak. Namun karena menurut Tuan Sakata pekerja itu sedang bermalas-malasan, tanpa berpikir dua kali, tuan kate ini langsung mengambil palu pemecah batu dan dilemparkan ke arah pekerja yang dianggap sedang malas-malasan itu.

Lemparannya tepat, palu itu mengenai kepala! Tapi apa yang terjadi pada kepala yang dilempari? Pecahkah? Ternyata tidak, sebab orang ini konon punya ilmu kepala baja yang tentunya lebih keras dari batu, sehingga yang hancur malahan kepala palu yang dipakai melempar. Walaupun keheran-heranan, Tuan Sakata “mempelajari” satu hal, bahwa kelemahan orang Selayar bukan pada kepalanya, tetapi mungkin pada bagian tubuh yang lain. Akhirnya ketika mendapati ada yang malas-malasan, ia tidak lagi memukul bagian kepala, tetapi bagian pantat atau punggung.

Cerita belum selesai. Pekerja yang pernah dilempari palu ini ternyata memupuk dendam di hatinya. Ia terus mencari kesempatan bagaimana membalaskan sakit hatinya. Pada kesempatan lain, ketika mereka bekerja mendirikan sebuah bangunan, ia mendapat momen yang bagus, saat melihat Tuan Sakata sedang berdiri memberi komando dari atas bubungan. Ia melihat betapa dendamnya akan terbalaskan sudah jika ia menarik palang tempat Tuan sakata berdiri. Ujung palang itu memang sangat gampang ia tarik karena berada di dekatnya. Tak peduli lagi dengan hukuman yang akan ia terima, ia segera menyelesaikan perkara itu. Palang ia tarik sekuat-kuatnya. Tak ayal lagi, Tuan Sakata yang bengis itu tiba-tiba hilang keseimbangan dan jatuh berjumpalitan, berputar-putar seperti gasing sebelum akhirnya bergedebum menghantam tanah.